KEINDAHAN dan KESEDIHAN
( Beauty and Sadness )
Penulis : Yasunari Kawabata
Penerjemah : Sobar Hartini
Editor : Anton Kurnia
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : III , 2006
Tebal : 256 halaman
Sering Aku lihat novel ini jika ke Gramedia atau bila kebetulan sedang ada event booksfair. Tapi ada sedikit keengganan untuk mengetahui isinya, kataku “ Ah ….paling percintaan biasa, nantilah… “. Tapi ketika di booksfair ada diskon lumayan besar yah … akhirnya masuk juga di Magic Box – ku. Dan setelah aku membacanya ternyata isinya tak seperti yang kubayangkan; ada senang, ada sedih. Aku tiba-tiba teringat dengan judul salah satu film India yang pernah booming di Indonesia, “ Kabhi Kushi Kabhi Gam “ dan kalau tidak salah artinya adalah “ Kadang Senang, Kadang Sedih “ . Miripkan judulnya…
“ Keindahan dan Kesedihan “ berkisah tentang jalinan cinta yang rumit antara Oki Toshio dengan Ueno Otoko ketika mereka masih masih sama-sama tinggal di Tokyo. Sewaktu Oki berusia tiga puluh tahun ia terlibat asmara dengan seorang gadis belia berusia Otoko. Padahal status Oki waktu itu adalah pria beristri dengan satu orang anak, sedangkan Otoko masih berusia enam belas tahun. Oki adalah suami dari Fumiko dan ayah bagi Taichiro. Sepertinya Oki tidak terlalu bersungguh-sungguh terhadap took padahal cinta Otoko sangatlah dalam.
Ketika Otoko hamil timbulah masalah karena Oki tidak bisa meninggalkan keluarga demi cintanya kepada Otoko. Otoko kemudian melahirkan seorang bayi perempuan, tetapi sayang bayi itu meninggal. Kehilangan bayi dan juga tidak ada harapan untuk bisa memiliki Oki secara utuh membuat kondisi kejiwaan Otoko terguncang, ia sangat depresi. Saking kecewanya Otoko juga berupaya melakukan bunuh diri tetapi untung saja Otoko masih ada ibu yang sangat menyayanginya. Untuk mengatasi depresinya Otoko dirawat disebuah rumah sakit jiwa. Oki juga kerkadang hadir merawat dan menghibur Otoko pasca melahirkan tetapi tentu saja waktunya berbatas dengan hak untuk keluarganya sendiri. Setelah sembuh dari depresi beratnya Ibu Otoko membawa anaknya untuk pindah ke Kyoto. Meski Otoko bisa mengatasi depresinya tetapi dia tidak bisa melupakan cintanya pada Oki, hatinya sangat sedih dan sepi.
Di Kyoto, Otoko memeruskan pendidikannya di sekolah seni untuk menjadi seorang pelukis. Karir seninya mulai bersinar ketika Otoko memenangkan penghargaan dalam sebuah pameran seni di Kyoto, karena lukisan Otoko yang berjudul “ Geisha “ mecuri perhatian para juri dan pengunjung pameran. Sedangkan Oki yang berprofesi sebagai penulis kemudian menjadi terkenal karena novelnya yang berjudul “ Gadis Enam Belas Tahun “. Oki mengabadikan dan menjual sekelumit kisah hidupnya ketika masih bersama Otoko kepada khalayak ke dalam sebuah novel.
Dua puluh empat tahun kemudian mereka akhirnya bertemu, Oki telah berusia 54 tahun dan Otoko berusia 39 tahun. Pertemuan itu berawal dari keinginan Oki untuk menikmati lonceng tahun baru di Kyoto. Ternyata waktu tidak memadamkan api cinta mereka karena selama ini keduanya memendam cinta dalam kesunyian dan mengkristalkan dalam sebuah kenangan. Pada pertemuan di Tahun baru itu Otoko di temani oleh Keiko Sakami, muridnya. Hubungan Otoko dan Keiko lebih dari sekedar hubungan antara murid dan guru, mereka adalah pasangan lesbian. Mungkin karena truma masa lalunya membuat Otoko merubah orientasi seksualnya, sedangkan Keiko sepertinya sejak pertama hadir dalam kehidupan Otoko memang sudah mempunyai kelainan seksual.
Otoko dan Keiko saling mencintai tetapi kehadiran Oki membuat cinta Keiko berubah menjadi sangat menakutkan karena ia berniat untuk membalaskan sakit hati gurunya padahal Otoko sendiri tidak menginginkannya. Keiko merelakan tubuhnya untuk Oki dan Taichiro dengan maksud balas dendam dan juga menguasai gurunya. Meskipun telah bersama Keiko Otoko sadar cinta mereka sia-sia karena mereka tidak bisa menikah dan jauh di dalam lubuk hatinya ia masih sangat mencintai Oki. Otoko tidak ingin membuka kisah lama yang dapat menyakiti siapapun, Otoko hanya menjadikan Keiko sebagai alat pemuas kebutuhan biologisnya saja.. Dan kisah ini di tutup dengan kejadian yang benar-benar tidak terduga.
Kisah dalam novel ini mengajak kita merenungi kembali apa makna cinta, seks dan perkawinan. Hubungan antara Cinta dan seks merupakan sesuatu yang sangat berbeda begitu pula dengan cinta dan perkawinan. Idealnya dan sangat membahagiakan bila sebuah perkawinan itu terjadi berdasarkan cinta sehingga seks yang terjadi juga berlandaskan cinta. Tetapi cerita itu kebanyakan hanya ada dalam dongeng saja. Cerita Putri Salju tentu saja tak banyak hadir dalam dunia nyata. Ada bayak jenis cinta, seks dan perkawinan di dunia ini.
Membaca novel ini membuatku merasa benar-benar ada di Jepang dengan Yasunari Kawabata tour guide-nya. Kawabata jeli sekali mengangkat kejadian disekelilingnya sebagai tema novel dengan mengungkapkan gambaran budaya masyarakat urban dalam dunia modern yang selalu bergerak dinamis. Bagaimana eksistensi nilai-nilai budaya lokal ditengah- tengah arus modernisasi seperti di Tokyo. Sebelum membaca novel ini aku juga telah membaca karya dari penulis jelang lainnya seperti; Kenzaburo Oe, Akutagawa Ryunosuke, Haruki Murakami, Ryu Murakami dan Kazuo Ishiguro. Dan persaman dari karya penulis-penulis itu adalah pada masyarakat urban yang dinamis serta penuh hiruk pikuk dan umumnya tinggal dalam hutan beton tersembunyi kesunyian, keanehan dan keliaran jiwa di berbagai level yang berbeda-beda dan membutuhkan pelampiasan yang pastinya akan menghadirkan banyak cerita.
* Rienz *

0 komentar:
Posting Komentar