Senin, 13 Mei 2013
Rajab dan Puasa Rajab
Menjelang bulan
Rajab bahkan hingga memasuki bulan Rajab, perdebatan tentang boleh tidaknya
berpuasa di bulan Rajab cukup santer. Sampai ada pernyataan yang ekstrem dari sebagian
muslim yang mengatakan bahwa Puasa di Bulan rajab adalah bid’ah.
Waduh… seram banget…
Dari berbagai kajian
islami yang aku ikuti, tidak satu ustad-pun yang menyatakan bahwa puasa Rajab
ini adalah ibadah yang tidak ada tuntunannya. Referensi ini aku dapat dari:
1.
Prof. Dr. KH. Ali
Mustafa Yaqub, MA (Ahli Hadis & Imam Besar Masjid Istiqlal)
2.
KH. Tengku
Zulkarnain
3.
Uztad Maulana Ahmad
Faisal, MA (Ahli Hadis)
4.
AlHabib Muhammad
Syahab dari Majlis ta’lim & Tadzkir Al-Anwar
5.
Ustadzah Hj. Barkah
Adul Jalil
Agar teman-teman mendapat penjelasan dan
pencerahan soal Puasa Rajab, berikut ini aku sadur sebuah artikel singkat dari “Bi’sah - Jurnal
Dakwah Papua” edisi No.13 Jumadil Ula-Rajab 1434 H/ April-Juni 2013
Rajab dan Puasa Rajab
~ Muhammad Zindy Naf’an~
Allah SWT berfirman;
سُوۡرَةُ التّوبَة
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّہُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ
شَہۡرً۬ا فِى ڪِتَـٰبِ ٱللَّهِ
يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡہَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ۬ۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ
ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيہِنَّ أَنفُسَڪُمۡۚ وَقَـٰتِلُواْ
ٱلۡمُشۡرِڪِينَ كَآفَّةً۬ ڪَمَا
يُقَـٰتِلُونَكُمۡ ڪَآفَّةً۬ۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ
ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ (٣٦)
Surah PENGAMPUNAN
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram [*]. Itulah [ketetapan] agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya
diri [**] kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu
semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
(QS At-Taubah [36] : 36)
[*] Maksudnya antara lain
ialah: bulan haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah
haram (Mekah) dan Ihram.
[**]Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan
mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu
dengan mengadakan peperangan.
Bulan Rajab merupakan bulan
ketujuh dalam penanggalan Hijri. Di bulan ini terjadi peristiwa agung seperti Isra’
Mi’raj Nabi Muhammahd SAW pada tanggal 27 Rajab. Selain itu Rajab
termasuk bulan mulia yang disebut sebagai bulan Haram, sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah SWT di surat At-Taubah ayat 36 di atas. Hal ini
dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan
oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim;
“Dari
Abi Bakrah ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Zaman (masa) telah berputar
sejak Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan,
diantaranya terdapat empat bulan haram (suci/mulia), tiga bulan berurutan,
yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, lalu bulan Rajab uang berada
diantara Jumadi al-Awal dan Sya’ban.”
(HR
Bukhari & Muslim)
Secara harfiah kata “Rajab”
memiliki arti “Al-Asham” yang berarti “tuli”,
yaitu tuli dalam hal tidak terdengar suara pedang. Hal ini dikarenakan pada
bulan rajab (dan ketiga bulan haram lainnya; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan
Muharram) dilarang melakukan peperangan. Sedangkan derivasi lain dari kata”Rajab”
adalah “Rajjaba” yang berarti “A’dzama (mengagungkan)”, karena
bulan Rajab (dan ketiga bulan haram lainnya; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan
Muharram) bulan yang diagungkan oleh Allah SWT .
Berpuasa di Bulan Rajab
Bagi sebagian umat
islam, datangnya bulan Rajab menjadi sebuah momentum untuk melaksanakan ibadah
puasa. Mereka beranggapan puasa rajab adalah sunnah, sehingga merekapun
berlomba-lomba melaksanakannya. Namun dikalangan umat islam lainnya, puasa
rajab ini dianggap bid’ah dan tak diperbolehkan karena tidak memiliki dalil
yang valid. Penjelasan dalam artikel ini akan menjawab masalah tersebut, apakah
benar puasa Rajab itu tidak memiliki landasan syari’at?
Ada banyak sabda
Rasulullah SAW yangmenjelaskan seputar puasa di bulan Rajab. Diantara sekian
banyak Hadis itu ada yang kualitasnya palsu (maudhu’) yang tidak bisa
diterima dan tidak bisa dijadikan sebagai hujjah (dalil). Ada pula Hadis yang
kualitasnya dha’if (lemah), yang hanya bisa diamalkan dalam hal fadhail
al-a’mal (keutamaan-keutamaan amal) saja . Ada pula Hadis yang
kualitasnya shahih (valid) sehingga bisa dijadikan sebagai dalil dalam hal
apapun. Sedangkan Hadis yang banyak tersebar di masyarakat tentang puasa Rajab
adalah Hadis palsu.
Hadis Palsu Puasa Rajab
Rasulullah
SAW bersabda;
“Siapa
berpuasa satu hari pada bulan Rajab, ia seperti berpuasa setahun. Siapa berpuasa
tujuh hari, akan ditutup tujuh pintu neraka baginya. Siapa berpuasa delapan
hari, maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya. Siapa berpuasa sepuluh
hari, apapun yang diminta , Allah akan memberikannya. Siapa yang berpuasa 15
hari, maka terdengar seruan dari langit, “Aku telah mengampuni segala dosa
perbuatanmu yang telah laud an akan dating, engkau telah mengganti keburukan
dengan kebaikanmu”. Siapa yang menambahnya (lebih dari 15 hari), Allah akan
menambahkannya pula. Di bulan Rajab, Nuh berlayar, ia berpuasa dan memerintahkan
orang-orang yang ikut bersamanya untuk berpuasa dan berlayar selama enam bulan
sampai sepuluh hari terakhir bulan Muharram.”
Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Imam. Dalam komentarnya
, al-Baihaqi menilai hadis ini dengan mengutip argumen Imam Ahmad yang
menyatakan kepalsuan hadis tersebut. Bahkan menurut Imam Ahmad masih ada Hadis
lain lagi yang menyebutkan tentang keutamaan puasa dihari-hari Rajab itu, dan
kualitasnya adalah palsu (maudhu’).
Hadis palsu inilah
yang tersebar luas di masyarakat, namun dengan redaksi bahasa ;
“Siapa
yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab, dia akan membuka satu pintu surga. Siapa
berpuasa dua hari, akan membuka dua pintu surga... Siapa yang berpuasa delapan
hari, maka dia akan membuka delapan pintu surga dan dapat masuk dari pintu mana
saja”.
Redaksi ini sama
halnya dengan memalsukan kembali Hadis yang memang sudah palsu. Berpuasa dengan
berlandakan hadis ini adalah sebuah kekeliruan dan tidak boleh.
Islam tidak pernah
mengajarkan pemeluknya untuk berpijak pada Hadis palsu. Akan tetapi Islam
dengan tegas menyatakan bahwa pijakan seorang muslim harus berdasar pada
dalil yang valid (shahih); Al-Qur’an, Hadis Ijma’ Ulama atau Qiyas. Karena
berpuasa di bulan Rajab dengan menjadikan hadis tersebut sebagai argument adalah
kesalahan fatal dan ini yang tidak diperbolehkan.
Hadis Shahih Puasa Rajab
Argument yang tidak
memperbolehkan puasa Rajab, mungkin diakibatkan oleh hadis palsu yang tersebar
luas di masyarakat tersebut. Padahal masih banyak hadis lain yang menjelaskan
puasa Rajab dengan kualitas yang shahih. Misalnya Hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dan Imam Abu Daud dalam
kitab Sunah-Nya. Bahwa suatu ketika Utsman bin Hakim al-Anshari
bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang puasa Rajab dan saat itu keduanya
berada di bulan Rajab. Sa’id bin Jubair menjawab, aku mendengar Ibnu Abbas
berkata:
“Rasulullah
SAW berpuasa beberapa hari hingga kami mengira beliau akan berpuasa terus. Beliau
berbuka beberapa hari hingga kami mengira Beliau akan berbuka terus.”
Menjelaskan hadis
ini, Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa maksud Hadis
tersebut adalah puasa di bulan Rajab tidak dilarang dan tidak pula disunnahkan.
Namun jika melihat Hadis shahih yang lain tentang ke-sunnah-an puasa di bulan
Haram (bulan yang di sucikan), maka pada dasarnya puasa di bulan Rajab itu
disunnahkan.
Rasulullah SAW bersabda;
“Berpuasalah
dari sebagian bulan-bulan Haram
(Rajab,
Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Al-Muharram)”.
Rasulullah SAW
menyampaikan Hadis ini dengan memberi isyarat menggunakan ketiga jari-jarinya,
Beliau menggenggam kemudian membukanya. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah dalam kitan Sunan-nya.
Maka melalui Hadis
Shahih ini, puasa Rajab boleh dilakukan. Sebaliknya, puasa Rajab menjadi tidak
diperbolehkan jika menggunakan dalil Hadis palsu (Maudhu’) yang disebutkan
sebelumnya. Kesimpulannya puasa Rajab itu Sunnah dan
dianjurkan jika menggunakan dalil Hadis yang Shahih.
Wallahu A’lam
Bisshawab…
Semoga bermanfaat… dan
umat islam selalu bersatu…
Amiien ya Robbal
Alamiin…
Diposting oleh
atik
di
2:07:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Cerita Qolbu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar