Selasa, 12 April 2011

FIREBELLY





FIREBELLY
Novel Perjalanan Menuju Inti Pemikiran
J. C. Michaels
Penerjemah : Rahmania Astuti
Penyunting : M. Sidik Nugraha
PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I, September 2010
323 Halaman



Jika saja tak kulihat “Firebelly” di Stand Serambi, mungkin aku tak pernah tahu apa itu “Firebelly” sebenarnya. Aku suka memperhatikan katak atau kodok karena kebetulan rumahku tak jauh dari kebon dan empang kompleks, tapi aku baru tahu kalau mereka punya nama sesuai dengan keunikannya, seperti si Firebelly ini.

Menurut catatan di bagian akhir buku ini, Firebelly mempunyai nama latin yang “keren” Bombina Oriantalis. Dari namanya kita bisa tahu kalau mereka berasal dari wilayah Asia, tepatnya dari Korea, China dan Thailand. Mereka hidup di daerah yang sejuk dan lembab dengan ketinggian antara 1500-3000 dari permukaan laut. Firebelly sangat digemari karena tampilan fisiknya yang sangat menarik. Bagian atas Firebelly berwarna hijau terang dengan bercak-bercak hijau. Sedangkan bagian perutnya berwarna merah atau orange terang dengan loreng-loreng hitam. Keunikan lain dari Firebelly adalah bahwa mereka mempunyai sistem pertahanan yang sangat unik. Jika Firebelly sedang terancam, maka secara spontan mereka akan berguling, mendorong kepalanya ke belakang, merentangkan kaki lalu menggelembungkan perut merah terangnya sedemikian rupa sehingga terlihat menyerupai bola api yang menyala serta mengeluarkan zat berbentuk manik-manik kecil mengkilap, berwarna putih susu yang beracun dari setiap pori-pori kulitnya. Karena sistem pertahanannya yang unik itu maka mereka dinamakan Firebelly.  

…kadang kehidupan kita dibelokkan oleh sesuatu yang begitu sederhana
dan tidak penting seperti seekor katak buntung…

“Firebelly” mengingatkan aku pada “Maya” karya Jostein Garder karena keduanya merupakan karya fabel yang filosofis. Jika pada “Maya” ada seekor tokek cerdik dan lihay maka Farebelly adalah katak “imoet” dan lucu yang dengan segala kepolosan serta kekurangannya mampu memberi arti eksistensinya dalam kehidupan ini.

Firebelly dalam novel ini adalah katak yang unik karena dia hanya mempunyai dua kaki yang berfungsi, kanan bagian depan dan kiri bagian belakang. Dia tidak hanya unik secara fisik tetapi pola pikirannya (mungkin) juga unik dibanding katak-katak lain. Secara fisik dia memang tidak sempurna tetapi hal itu tidak lantas membuatnya menjadi katak yang menyedihkan. Segala hal yang melekat pada Firebelly (mungkin) merupakan alegori bahwa hendaknya manusia mensyukuri semua karunia dan rahmat yang dilimpahkan Tuhan YME karena keberadaan kita dalam kehidupan ini bukanlah sesuatu yang sia-sia.

Proses pembelajaran Firebelly diawali ketika dia berada dalam kolam display sebuah toko hewan peliharaan. Di sana dia bertemu seekor katak tua yang pernah hidup di alam terbuka yang penuh petualangan, tantangan dan sensasi. Pada awalnya si katak tua terlihat tidak ramah tetapi keunikan si katak muda membuatnya tidak segan-segan untuk berbagi pengalaman dan ilmu kepadanya. Firebelly terkesima dengan semua cerita petualangan si katak tua dan ingin juga merasakan dunia di luar kolam display itu.

Akhirnya saat untuk berpetualang tiba. Firebelly berhasil memikat seorang gadis cilik bernama Caroline. Caroline menawarkan pertemanan dan kenyamanan bagi Firebelly. Tetapi kedekatan mereka tidak berlangsung lama karena Sang Penguasa kehidupan memberikan penawaran lain yang lebih menantang dengan berbagai kemungkinan yang sangat sulit untuk diprediksi baik buruknya.

Novel ini memberikan point penting bagi para penikmatnya, bahwa hendaknya manusia sebagai makhluk individu yang bebas harus memegang kendali atas semua keinginan dan harapannya. Harus bertanggung jawab atas semua langkah hidup yang telah dipilihnya. Harus sadar diri akan ketidak sempurnaan dirinya dan mampu menjadikan semua kekurangannya itu sebagai cambuk untuk mengembangkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.

Kalimat Renungan

“… Kalau kamu menghabiskan terlalu banyak waktu dengan berharap tanpa sebab,
mungkin akhirnya kamu akan tergelincir ke dalam ketiadaan harapan,
ke dalam kehampaan.”
( halaman 81)

“… Berharap adalah keputusan yang kita buat untuk diri kita sendiri;
tak seorangpun bisa mengabulkannya.”
(halaman 80)

“Berharaplah akan hal-hal yang dapat kamu capai dengan usahamu sendiri …”
(halaman81)

“… Hippocrates:
‘Kehidupan ini singkat,
Kesenian berumur panjang,
Kesempatan cepat berlalu’.”
(halaman 30)


~* Rienz *~

0 komentar: