 |
| Syaikh Nashir & Ust. Bachtiar Nasir |
 |
Buletin Khusus TABLIGH AKBAR, INDONESIA
BERTADABBUR AL_QUR’AN
|
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…
Ketika aku berkesempatan untuk hadir dalam acara TABLIGH AKBAR,
INDONESIA BERTADABBUR AL_QUR’AN di Msjid Istiqlal – Jakarta pada tanggal 23
Rajab 1434 H/ 02 Juni 2013, aku sangat terkesan dengan petuah dan nasihat yang
disampaikan oleh Syekh Prof. dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar. Meskipun terkendala
oleh bahasa, durasi dan suasana riuh di dalam ruang ibadah utama namun aku
berusaha untuk menyimaknya. Agar semua yang aku dapat dalam Tabligh Akbar itu
tetap tersimpan baik dalam hati dan sanubari ini, maka aku memutuskan untuk
menyimpan karya Syekh Nashir di blog ini.
Syaikh Nashir
al-’Umar seorang ulama ahlussunnah yang berasal dari Saudi. Dan saat ini beliau
menjabat sebagai sekretaris jenderal Ikatan Ulama Muslim Sedunia yang
berkedudukan di Sudan dan ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an Internasional. Berikut adalah karya pertama yang semula dimuat dalam bulletin khusus
Tabligh Akbar yang berjudul “Tadabbur Al-Qur’an, Kewajiban yang
Terabaikan”
Tadabbur
al-Qur’an dan Kebangkitan(*)
Oleh
: Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman al’Umar
Al-Qur’an
adalah solusi,
sebuah slogan indah yang digaungkan oleh salah satu lembaga peng hafal
al-Qur’an. Sebuah slogan yang kelihatannya singkat dan sederhana, tetapi
mengandung makna yang agung. Apatah lagi di tengah krisis yang dihadapi ummat
ini secara umum dan bagi negara kita khususnya, dimana musuh-musuh islam baik
dari luar maupun dari dalam membidik kita dari arah yang sama. Slogan ini
menggambarkan dan merepresentasikan satu-satunya jalan keselamatan yang hakiki
dari berbagai fitnah dan bencana.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ
لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ قَالُوٓاْ
أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ
بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ (٣٠)
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS
Al-Baqarah [2] : 30)
Agar Nabi
Adam As. dapat merealisasikan perannya
sebagai khalifah yang dibebankan kepadanya, maka ia mesti memiliki manhaj
(pedoman) yang diridhoi oleh Dzat yang mengangkatnya sebagai khalifah dibumi agar
ia dapat berjalan diatas manhaj tersebut. Oleh karena itu diantara konsekuensi ke-khalifahannya
adalah Allah membimbingnya di atas manhaj ini. Allah Ta’ala berfirman:
قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡہَا جَمِيعً۬اۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدً۬ى
فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡہِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (٣٨)
“Kami berfirman:
"Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak [pula] mereka bersedih hati".
(QS Al-Baqarah [2] : 38)
Dalam
ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan kepada bani Adam, bahwa Dia akan memberikan
mereka manhaj ini, kemudian Dia memerintahkan dan mendorong (tarqhib)
mereka untuk mengikuti manhaj tersebut.
Karena
umat ini merupakan umat yang terakhir dan al-Qur’an merupakan kitab yang Allah
turunkan kepada Nabi terakhir dan
penghulu dari semua orang, maka kitab ini merupakan kitab terakhir dan
mengayomi kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika Allah Ta’ala menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan jalan
keselamatan dari berbagai fitnah serta menjadi panduan dalam meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sejalan dengan apa yang telah diterangkan Allah SWT dalam
firman-Nya:
قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا
جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬ۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّڪُم مِّنِّى
هُدً۬ى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ (١٢٣) وَمَنۡ
أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤)
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua
dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain.
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta".
(QS Thaha [20] : 124)
Sesungguhnya
kemuliaan, kebangkitan dan kejayaan bahkan eksistensi umat ini sebagai umat
islam, ditentukan oleh seberapa dekat umat ini dengan Al-Qur’an. Dalam artian
tidak hanya sekedar membaca dan menghapalkannya, tetapi juga harus men-tadabburkan
maknanya. Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan
oleh al-Allamah
Abdurrahman as-Sa’diy Rahimahullah, yaitu “merenungkan maknanya
(ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat didalamnya dan segala
konsekuensinya. Termasuk diantara konsekwensi yang paling utama adalah
mengamalkan isi kandungannya dan berhukum dengannya atas seluruh aspek
kehidupan, sebagaimana dituturkan oleh imam Hasan al-Basri Rahimahullah.
Allah Ta’ala berfirman:
كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ
إِلَيۡكَ مُبَـٰرَكٌ۬ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ
ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (٢٩)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
(QS
Shad [38] : 29)
Yang
dimaksud dengan men-tadabburkan ayat-ayatnya adalah mengikuti petunjuk ayat
tersebut. Wallahu a’lam, maksudnya bukan sekedar menghafal lafadznya lalu
menyia-nyiakan batas-batasnya (ketentuan hukumnya). Sampai-sampai diantara
mereka ada yang mengatakan; “Aku telah membaca al-Qur’an seluruhnya, aku
tidak melewatkan satu hurufpun. Namun demi Allah dia telah melewatkan semua
hokum-hukumnya. Engkau tidak melihat al-Qur’an dalam dirinya mewujud dalam
bentuk amal dan akhlak.”
Andaikan
seseorang mulai men-tadabbur dengan surat al-Fatihah, maka tadabburnya akan
membimbing ke arah ini. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Firman Allah Ta’ala
dalam surah al-Fatihah ayat 6-7.
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
(٦) صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ
وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (٧)
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan .
Tunjukilah kami jalan yang lurus, [yaitu]
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni‘mat kepada mereka; bukan
[jalan] mereka yang dimurkai [orang-orang yang mengetahui kebenaran dan
meninggalkannya], dan bukan [pula jalan] mereka yang sesat [orang-orang yang
meninggalkan kebenaran karena ketidaktahuan dan kejahilan].
(QS
al-Fatihah {1} : 6-7)
Ayat
ini menunjukkan bahwa kesengsaraan, kebinasaan dan kehancuran merupakan
konsekuansi dari kemurkaan Allah dan kesesatan. Sebaliknya kebahagiaan
kebangkitan, kejayaan dan ni’mat merupakan konsekuensi dari komitmen seseorang
terhadap manhaj-nya/ jalan lurus yang dibawa sang penutup para Nabi (Nabi
Terakhir). Seperti yang telah di isyaratkan olehn-Nya dalam al-Qur’an,
yaitu:
طه (١) مَآ
أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ (٢)
Thaahaa [2] Kami tidak menurunkan Al Qur’an
ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
(QS Thaaha [20] : 1-2)
Salah
satu perkara yang hampir disepakati oleh semua orang bahwa, siapa yang membuat
sesuatu, maka ialah yang paling tahu tentang sesuatu tersebut. Walillahil
matsalul a’la (bagi Allah perumpamaan yang lebih agung dari itu).
Dialah yang menciptakan segala sesuatu, menciptakn manusia dengan sempurna
disertai dengan perangkatnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَتَرَى ٱلۡجِبَالَ
تَحۡسَبُہَا جَامِدَةً۬ وَهِىَ تَمُرُّ مَرَّ ٱلسَّحَابِۚ صُنۡعَ ٱللَّهِ
ٱلَّذِىٓ أَتۡقَنَ كُلَّ شَىۡءٍۚ إِنَّهُ ۥ خَبِيرُۢ بِمَا تَفۡعَلُونَ (٨٨)
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka
dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. [Begitulah]
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS an-Naml [27] : 88)
Semua
problem yang kita saksikan di negeri kaum muslimin hari ini merupakan kehinaan,
kelemahan, kemunduran dan berbagai problem lainnya yang disebabkan jauhnya kaum
muslimin dari al-Qur’an. Karena mereka tidak mentadaburkan dan mengamalkan
al-Qur’an. Oleh karena itu jika kita ingin keluar dari problem tersebut dan
bangkit dari keterpurukan, maka kita harus men-tadaburkan dan mengamalkan
al-Qur’an. Dengan demikian kita akan menemukan solusi dan jalan keluar dari
semua problem tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِى
كُلِّ أُمَّةٍ۬ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِہِمۡۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَہِيدًا
عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ تِبۡيَـٰنً۬ا لِّكُلِّ
شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ (٨٩)
[Dan
ingatlah] akan hari [ketika] Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu [Muhammad] menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab [Al
Qur’an] untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
(QS an-Nahl [16]: 89)
Ini
bukan perkataan manusia yang harus diuji dan diteliti (kebenarannya). Tetapi ia
merupakan firman Allah, Tuhan semesta alam yang harus diyakini oleh seluruh
kaum muslimin. Sedangkan orang yang masih ragu, maka hendaknya merenungkan
keadaan umat-umat terdahulu, sebagaimana telah diterangkan Allah SWT dalm
firman-Nya:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ
ٱلۡڪِتَـٰبِ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَڪَفَّرۡنَا عَنۡہُمۡ سَيِّـَٔاتِہِمۡ
وَلَأَدۡخَلۡنَـٰهُمۡ جَنَّـٰتِ ٱلنَّعِيمِ (٦٥) وَلَوۡ أَنَّہُمۡ أَقَامُواْ
ٱلتَّوۡرَٮٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡہِم مِّن رَّبِّہِمۡ
لَأَڪَلُواْ مِن فَوۡقِهِمۡ وَمِن تَحۡتِ أَرۡجُلِهِمۚ مِّنۡہُمۡ أُمَّةٌ۬
مُّقۡتَصِدَةٌ۬ۖ وَكَثِيرٌ۬ مِّنۡہُمۡ سَآءَ مَا يَعۡمَلُونَ (٦٦)
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa,
tentulah Kami tutup [hapus] kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami
masukkan mereka ke dalam surga yang penuh keni’matan.
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh
menjalankan [hukum] Taurat, Injil dan [Al Qur’an] yang diturunkan kepada mereka
dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari
bawah kaki mereka [*]. Di antara mereka ada
golongan yang pertengahan [**]. Dan alangkah
buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
(QS al-Maidah [5] : 65-66)
Katerangan:
[*]. Maksudnya: Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit
dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah.
[**]. Maksudnya: orang yang berlaku jujur dan lurus dan
tidak menyimpang dari kebenaran.
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa andaikan ahli kitab
menegakkan apa yang diturunkan oleh Tuhan kepada mereka niscaya mereka akan
berbahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya tatkala mereka tidak menegakkannya,
maka Allah akan jadikan hati mereka berselisih serta menyesatkan dan
menciptakan permusuhan diantara mereka satu sama lain. Jika hal tersebut telah
jelas, maka sudah pasti al_Qur’an menjadi jaminan untuk kebahagiaan, kemuliaan
dan kebangkitan umat. Maka barang siapa yang sungguh-sungguh dalam mencari/
menginginkan kebangkitan, maka alannya sudah jelas.
إِنَّ فِى ذَٲلِكَ
لَذِڪۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ ۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ
شَهِيدٌ۬ (٣٧)
Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
(QS Qaf [50] : 37)
~ O ~
0 komentar:
Posting Komentar