Rabu, 16 Oktober 2013

Tadabbur al-Qur’an dan Kebangkitan

Syaikh Nashir & Ust. Bachtiar Nasir


Buletin Khusus TABLIGH AKBAR, INDONESIA BERTADABBUR AL_QUR’AN
 
 Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Ketika aku berkesempatan untuk hadir dalam acara TABLIGH AKBAR, INDONESIA BERTADABBUR AL_QUR’AN di Msjid Istiqlal – Jakarta pada tanggal 23 Rajab 1434 H/ 02 Juni 2013, aku sangat terkesan dengan petuah dan nasihat yang disampaikan oleh Syekh Prof. dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar. Meskipun terkendala oleh bahasa, durasi dan suasana riuh di dalam ruang ibadah utama namun aku berusaha untuk menyimaknya. Agar semua yang aku dapat dalam Tabligh Akbar itu tetap tersimpan baik dalam hati dan sanubari ini, maka aku memutuskan untuk menyimpan karya Syekh Nashir di blog ini.

Syaikh Nashir al-’Umar seorang ulama ahlussunnah yang berasal dari Saudi. Dan saat ini beliau menjabat sebagai sekretaris jenderal Ikatan Ulama Muslim Sedunia yang berkedudukan di Sudan dan ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an Internasional. Berikut adalah karya pertama yang semula dimuat dalam bulletin khusus Tabligh Akbar yang berjudul “Tadabbur Al-Qur’an, Kewajiban yang Terabaikan”


Tadabbur al-Qur’an dan Kebangkitan(*)
(Diterjemahkan dari artikel berjudul Tadabbur al-Qur’an wa an-Nahdhah di www.almoeslim.net/node/150893/)
Oleh : Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman al’Umar

Al-Qur’an adalah solusi, sebuah slogan indah yang digaungkan oleh salah satu lembaga peng hafal al-Qur’an. Sebuah slogan yang kelihatannya singkat dan sederhana, tetapi mengandung makna yang agung. Apatah lagi di tengah krisis yang dihadapi ummat ini secara umum dan bagi negara kita khususnya, dimana musuh-musuh islam baik dari luar maupun dari dalam membidik kita dari arah yang sama. Slogan ini menggambarkan dan merepresentasikan satu-satunya jalan keselamatan yang hakiki dari berbagai fitnah dan bencana.

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬‌ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ‌ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ (٣٠)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
 Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS Al-Baqarah [2] : 30)

Agar Nabi Adam As. dapat merealisasikan perannya sebagai khalifah yang dibebankan kepadanya, maka ia mesti memiliki manhaj (pedoman) yang diridhoi oleh Dzat yang mengangkatnya sebagai khalifah dibumi agar ia dapat berjalan diatas manhaj tersebut. Oleh karena itu diantara konsekuensi ke-khalifahannya adalah Allah membimbingnya di atas manhaj ini. Allah Ta’ala berfirman:

قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡہَا جَمِيعً۬ا‌ۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدً۬ى فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡہِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (٣٨)

“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak [pula] mereka bersedih hati".
 (QS Al-Baqarah [2] : 38)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan kepada bani Adam, bahwa Dia akan memberikan mereka manhaj ini, kemudian Dia memerintahkan dan mendorong (tarqhib) mereka untuk mengikuti manhaj tersebut.

Karena umat ini merupakan umat yang terakhir dan al-Qur’an merupakan kitab yang Allah turunkan kepada Nabi terakhir dan  penghulu dari semua orang, maka kitab ini merupakan kitab terakhir dan mengayomi kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika Allah Ta’ala menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan jalan keselamatan dari berbagai fitnah serta menjadi panduan dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sejalan dengan apa yang telah diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya:

قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢا‌ۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬‌ۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّڪُم مِّنِّى هُدً۬ى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ (١٢٣) وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤)

Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
(QS Thaha [20] : 124)

Sesungguhnya kemuliaan, kebangkitan dan kejayaan bahkan eksistensi umat ini sebagai umat islam, ditentukan oleh seberapa dekat umat ini dengan Al-Qur’an. Dalam artian tidak hanya sekedar membaca dan menghapalkannya, tetapi juga harus men-tadabburkan maknanya. Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan oleh al-Allamah Abdurrahman as-Sa’diy Rahimahullah, yaitu “merenungkan maknanya (ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat didalamnya dan segala konsekuensinya. Termasuk diantara konsekwensi yang paling utama adalah mengamalkan isi kandungannya dan berhukum dengannya atas seluruh aspek kehidupan, sebagaimana dituturkan oleh imam Hasan al-Basri Rahimahullah. Allah Ta’ala berfirman:

كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَيۡكَ مُبَـٰرَكٌ۬ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (٢٩)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
 (QS Shad [38] : 29)

Yang dimaksud dengan men-tadabburkan ayat-ayatnya adalah mengikuti petunjuk ayat tersebut. Wallahu a’lam, maksudnya bukan sekedar menghafal lafadznya lalu menyia-nyiakan batas-batasnya (ketentuan hukumnya). Sampai-sampai diantara mereka ada yang mengatakan; “Aku telah membaca al-Qur’an seluruhnya, aku tidak melewatkan satu hurufpun. Namun demi Allah dia telah melewatkan semua hokum-hukumnya. Engkau tidak melihat al-Qur’an dalam dirinya mewujud dalam bentuk amal dan akhlak.”

Andaikan seseorang mulai men-tadabbur dengan surat al-Fatihah, maka tadabburnya akan membimbing ke arah ini. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Firman Allah Ta’ala dalam surah al-Fatihah ayat 6-7.

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (٦) صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (٧)

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan .
Tunjukilah kami jalan yang lurus, [yaitu] jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni‘mat kepada mereka; bukan [jalan] mereka yang dimurkai [orang-orang yang mengetahui kebenaran dan meninggalkannya], dan bukan [pula jalan] mereka yang sesat [orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena ketidaktahuan dan kejahilan].
 (QS al-Fatihah {1} : 6-7)


Ayat ini menunjukkan bahwa kesengsaraan, kebinasaan dan kehancuran merupakan konsekuansi dari kemurkaan Allah dan kesesatan. Sebaliknya kebahagiaan kebangkitan, kejayaan dan ni’mat merupakan konsekuensi dari komitmen seseorang terhadap manhaj-nya/ jalan lurus yang dibawa sang penutup para Nabi (Nabi Terakhir). Seperti yang telah di isyaratkan olehn-Nya dalam al-Qur’an, yaitu:                     

طه (١) مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ (٢)

Thaahaa [2] Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
(QS Thaaha [20] : 1-2)

Salah satu perkara yang hampir disepakati oleh semua orang bahwa, siapa yang membuat sesuatu, maka ialah yang paling tahu tentang sesuatu tersebut. Walillahil matsalul a’la (bagi Allah perumpamaan yang lebih agung dari itu). Dialah yang menciptakan segala sesuatu, menciptakn manusia dengan sempurna disertai dengan perangkatnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَتَرَى ٱلۡجِبَالَ تَحۡسَبُہَا جَامِدَةً۬ وَهِىَ تَمُرُّ مَرَّ ٱلسَّحَابِ‌ۚ صُنۡعَ ٱللَّهِ ٱلَّذِىٓ أَتۡقَنَ كُلَّ شَىۡءٍ‌ۚ إِنَّهُ ۥ خَبِيرُۢ بِمَا تَفۡعَلُونَ (٨٨)

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. [Begitulah] perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS an-Naml [27] : 88)

Semua problem yang kita saksikan di negeri kaum muslimin hari ini merupakan kehinaan, kelemahan, kemunduran dan berbagai problem lainnya yang disebabkan jauhnya kaum muslimin dari al-Qur’an. Karena mereka tidak mentadaburkan dan mengamalkan al-Qur’an. Oleh karena itu jika kita ingin keluar dari problem tersebut dan bangkit dari keterpurukan, maka kita harus men-tadaburkan dan mengamalkan al-Qur’an. Dengan demikian kita akan menemukan solusi dan jalan keluar dari semua problem tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِى كُلِّ أُمَّةٍ۬ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِہِمۡ‌ۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَہِيدًا عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ‌ۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ تِبۡيَـٰنً۬ا لِّكُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ (٨٩)

 [Dan ingatlah] akan hari [ketika] Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu [Muhammad] menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
(QS an-Nahl [16]: 89)

Ini bukan perkataan manusia yang harus diuji dan diteliti (kebenarannya). Tetapi ia merupakan firman Allah, Tuhan semesta alam yang harus diyakini oleh seluruh kaum muslimin. Sedangkan orang yang masih ragu, maka hendaknya merenungkan keadaan umat-umat terdahulu, sebagaimana telah diterangkan Allah SWT dalm firman-Nya:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡڪِتَـٰبِ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَڪَفَّرۡنَا عَنۡہُمۡ سَيِّـَٔاتِہِمۡ وَلَأَدۡخَلۡنَـٰهُمۡ جَنَّـٰتِ ٱلنَّعِيمِ (٦٥) وَلَوۡ أَنَّہُمۡ أَقَامُواْ ٱلتَّوۡرَٮٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡہِم مِّن رَّبِّہِمۡ لَأَڪَلُواْ مِن فَوۡقِهِمۡ وَمِن تَحۡتِ أَرۡجُلِهِم‌ۚ مِّنۡہُمۡ أُمَّةٌ۬ مُّقۡتَصِدَةٌ۬‌ۖ وَكَثِيرٌ۬ مِّنۡہُمۡ سَآءَ مَا يَعۡمَلُونَ (٦٦)

Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup [hapus] kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh keni’matan.
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan [hukum] Taurat, Injil dan [Al Qur’an] yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka [*]. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan [**]. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
(QS al-Maidah [5] : 65-66)
Katerangan:
[*]. Maksudnya: Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah.
[**]. Maksudnya: orang yang berlaku jujur dan lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa andaikan ahli kitab menegakkan apa yang diturunkan oleh Tuhan kepada mereka niscaya mereka akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya tatkala mereka tidak menegakkannya, maka Allah akan jadikan hati mereka berselisih serta menyesatkan dan menciptakan permusuhan diantara mereka satu sama lain. Jika hal tersebut telah jelas, maka sudah pasti al_Qur’an menjadi jaminan untuk kebahagiaan, kemuliaan dan kebangkitan umat. Maka barang siapa yang sungguh-sungguh dalam mencari/ menginginkan kebangkitan, maka alannya sudah jelas.

إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَذِڪۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ ۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٌ۬ (٣٧)

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
(QS Qaf [50] : 37)

 
~ O ~

0 komentar: