Woww.... Gila !!!
Hanya kata itu yang keluar dari mulutku setelah melampaui beberapa lembar pada bagian pertama novel ini. Ingin berhenti tapi agak sulit karena cara penulis bercerita membuatku selalu memikirkan nasib dari tokoh utama di novel ini. Rasa penasaran bercampur kasihan, gemas, ngeri, jijik, kecewa dan bahagia membaur silih berganti.
Novel yang terbit tahun 1890 ini sesungguhnya adalah sekelumit biografi Knut Hamsun, seorang penulis dari Norwegia diawal karirnya, di Kristiania (Sekarang Oslo). Dengan memakai nama "Andreas Tangen", penulis dengan ide-ide satire yang selalu gelisah dan marah karena getirnya hidup berusaha menghasilkan karya-karya yang bisa membiayai kecemerlangan dirinya. Meskipun dunia terkadang sangat tidak bersahabat dengannya, meskipun harus terseok-seok pada akhirnya Andreas Tangen mampu melalui semua kemalangan itu sekaligus menjaga nilai-nilai hidup yang diyakininya agar tidak keluar koridor. Andreas tangen ini juga seorang yang aneh, anti sosial, sering berbicara sendiri dan sepertinya dia agak kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain padahal dia seorang penulis.
Cerita ini sebenarnya terbagi dalam empat bab, tetapi karena kemalangan demi kemalangan terus mengalir hampir tanpa jeda, membuatnya seperti tak bersekat saja. Menurutku yang menjadi penanda akhir dari setiap bab adalah adanya harapan bagi Andreas Tangen akan hari esok yang lebih baik. Jadi kalau kita berhenti membaca ditengah cerita, perlu sedikit mengulang beberapa halaman sebelumnya supaya bisa lanjut lagi "emosinya". Karena sulit berhenti jadi lumayan cepat aku menyelesaikan novel ini.
( hal. 221)
“Saat aku paling bahagia adalah saat ketika aku menderita sebagai orang jujur.”
(hal. 179)



0 komentar:
Posting Komentar