Senin, 02 Maret 2015

SULT / HUNGER / LAPAR



Judul : Sult / Hunger / Lapar 

Penulis : Knut Hamsun
Kata Pengantar & Penerjemah : Marianne Katoppo
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : Kedua, Juli 2013
Tebal : xxii + 284 halaman


Woww.... Gila !!! 

Hanya kata itu yang keluar dari mulutku setelah melampaui beberapa lembar pada bagian pertama novel ini. Ingin berhenti tapi agak sulit karena cara penulis bercerita membuatku selalu memikirkan nasib dari tokoh utama di novel ini. Rasa penasaran bercampur kasihan, gemas, ngeri, jijik, kecewa dan bahagia membaur silih berganti.


Novel yang terbit tahun 1890 ini sesungguhnya adalah sekelumit biografi Knut Hamsun, seorang penulis dari Norwegia diawal karirnya, di Kristiania (Sekarang Oslo). Dengan memakai nama "Andreas Tangen", penulis dengan ide-ide satire  yang selalu gelisah dan marah karena getirnya hidup berusaha menghasilkan karya-karya yang bisa membiayai kecemerlangan dirinya. Meskipun dunia terkadang sangat tidak bersahabat dengannya, meskipun harus terseok-seok pada akhirnya Andreas Tangen mampu melalui semua kemalangan itu sekaligus menjaga nilai-nilai hidup yang diyakininya agar tidak keluar koridor. Andreas tangen ini juga seorang yang aneh, anti sosial, sering berbicara sendiri dan sepertinya dia agak kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain padahal dia seorang penulis.

Cerita ini sebenarnya terbagi dalam empat bab, tetapi karena kemalangan demi kemalangan terus mengalir hampir tanpa jeda, membuatnya seperti tak bersekat saja. Menurutku yang menjadi penanda akhir dari setiap bab adalah adanya harapan bagi Andreas Tangen akan hari esok yang lebih baik. Jadi kalau kita berhenti membaca ditengah cerita, perlu sedikit mengulang beberapa halaman sebelumnya supaya bisa lanjut lagi "emosinya". Karena sulit berhenti jadi lumayan cepat aku menyelesaikan novel ini.


Hal yang membuat aku "jatuh cinta" dengan cerita di novel ini, diantaranya adalah pribadi Andreas Tangen, meskipun ia super duper aneh, idealis, arogan, anti sosial juga pemarah tetapi sesungguhnya dia seorang yang sangat optimis, punya semangat dan daya juang hidupnya tak pernah padam juga memiliki kepercayaan diri serta harga dirinya sangat tinggi. Meski fisiknya layu tetapi mentalnya tahan banting. Meskipun dia tunawisma tetapi pantang baginya untuk menerima belas kasihan dari orang lain karena dia mengagumi bakat yang dimilikinya.  Meskipun dia miskin tetapi mempunyai jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.

Aku mengira di akhir kisah Andreas tangen akan menjadi penulis terkenal yang selalu ditunggu-tunggu karya-karyanya. Ternyata dia pergi berlayar dan mungkin berhenti (sementara) untuk menulis karena dia teramat sangat “Lapar”. 

Sungguh bacaan yang sangat menginspirasi. Aku lihat di Google ada film-nya juga loh... dibuat tahun 1966... aku kurang yakin bisa mendapatkan versi filmnya dari novel ini, karena tahun release-nya sudah lama banget... 
tapi siapa tahu aku beruntung....


Knut Hamsun Quotes :

"Orang cerdas yang miskin jauh lebih peka terhadap keadaan sekitarnya dari pada orang cerdas yang kaya" 
( hal. 221)


“Saat aku paling bahagia adalah saat ketika aku menderita sebagai orang jujur.” 
(hal. 179)




*****
Rienz

0 komentar: