Senin, 23 Maret 2015

DUNIA ANNA


DUNIA ANNA
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Irwan Syahrir
Penyunting : Esti A. Budihabsari
Proofreader : Ine Ufiyatiputri
Cetakan I, Oktober 2014
PT. Mizan Pustaka
248 Halaman

Sejauh manakah cakrawala etika kita?
Ujung-Ujungnya permasalahan ini kembali kepada pertanyaan tentang identitas.
Apakah manusia itu?
Dan siapakah aku?
Jika aku hanya diriku ~ badan yang sedang duduk dan menulis ini ~ maka aku adalah sekedar suatu ciptaan tanpa harapan.
Dalam pengertian yang luas.
Namun aku memiliki sebuah identitas yang lebih mendalam ketimbang sekedar badanku dan masa hidupku yang singkat di bumi ini.
Aku adalah bagian dari ~ aku juga mengambil bagian dalam ~ sesuatu yang lebih besar dan lebih berkuasa ketimbang diriku sendiri."
(Dunia Anna Jostein Gaarder, hal 208)


Sekali lagi Jostein Gaarder menghadirkan novel filsafat remaja dengan gaya bahasa yang mudah ringan dan asyik namun sarat makna. Sebagai pemerhati dan aktivis lingkungan hidup, tentu saja karya-karya Jostein Gaarder juga mengangkat isu-isu sentral tentang eksistensi manusia serta hubungannya dengan lingkungan sekitar juga dan alam semesta.  Global warming dan pengerusakan hutan yang terjadi diberbagai belahan bumi telah merusak tatanan ekosistem yang semula seimbang dan harmonis. Dan Menurutku kehadiran novel-novel Jostein Gaarder selalu berhasil menanamkan paradigma baru bagi para pembacanya agar bisa lebih ramah dan lebih bijaksana lagi memperlakukan bumi sebagai tempat tinggal dan tempat bergantung kita dengan segala kekayaan hayati di dalamnya.

Dalam novel ini, penulis menyampaikan ide-idenya melalui petualangan sekaligus imajinasi kompleks seorang gadis remaja bernama Anna dan juga cicitnya, Nova. Sebenarnya penulis hanya mengambil sekelumit potret kehidupan dari Anna dan Nova, mungkin kurang lebih sekitar tiga hari. Akan tetapi plot cerita yang dikembangkan seakan telah mengalir selama 70 tahun. Mungkin karena alur penyampaian dari cerita beda generasi ini disajikan menjadi 38 bagian pendek yang diatur melompat-lompat, bergantian antara Anna dan Nova. Sedikit membingungkan tapi asyik, banyak pemikiran baru yang jauh dari membosankan tentang bagaimana cara menyelamatkan flora, fauna dan isi bumi ini dari kerusakan.

Anna Nyrud seorang gadis yang istimewa, pemikirannya cerdas dengan daya imajinasi aktif yang tinggi. Sejak usia 10 tahun dia sudah sangat sensitif dengan segala hal yang terjadi di sekitarnya. Ada banyak pertanyaan dibenaknya ;
Mengapa tak ada salju di hari natal???
Mengapa terjadi pemanasan global???
Mengapa rusa kutub mati???

Ketika Anna hampir berusia 16 tahun dan fantasinya semakin mengkhawatirkan, ibunya membawa Anna untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog bernama Dr. Benjamin Antonsen. Selanjutnya Anna merasa nyaman membicarakan segala ketakutan dan kegelisahannya dengan Dr. Benjamin, terutama tentang kondisi ekosistem dunia dimasa mendatang. Mungkin karena Dr. Benjamin juga mempunyai seorang anak yang berkepribadian mirip Anna. Anak Dr. Benjamin bernama Ester Antonsen, dan ia seorang aktivis lingkungan yang disandera di Somalia.  Dr. Benjamin bisa memahami gejolak di benak Anna, mengimbangi semua fantasinya serta memberikan solusi atas kegelisahannya ke arah yang positif. Dr. Benjamin pula yang menganjurkan Anna dan Jonas membentuk organisasi pecinta lingkungan.

Anna juga telah mempunyai seorang pacar, seorang kakak kelas bernama Jonas.  Jonas juga seorang remaja yang cerdas, dia sangat sabar, dewasa, teman diskusi yang asyik dan hampir selalu punya solusi atas masalah mereka (umumnya sih berawal dari masalah Anna). Bersama Jonas Anna selalu berbagi  pemikiran dan mimpinya. Mereka berdua gemar berpetualang dan sering tenggelam dalam diskusi dan perdebatan ilmiah tentang lingkungan yang rusak, tentang global warming, tentang kutub-kutub yang meleleh, tentang spesies-spesies yang punah, tanah-tanah yang tenggelam dan tentang gerakan penyelamatan bumi. Agak mencengangkan, jika di zaman modern yang menganut paham kebebasan  ini ada sesuatu yang beda dari Anna Dan Jonas. Menurutku gaya pacaran mereka diluar kebiasaan remaja umumnya, gabungan antara aneh dan sangat ilmiah. Aku sih belum pernah bertemu dengan pasangan seperti itu atau mendengar  cerita tentang pasangan yang berpacaran sampai bikin makalah segala. Mungkin jika aku berkawan dengan ilmuwan ada yang seperti ini.

Umat manusia di bumi ini tidak selalu hidup secara bersamaan. Keseluruhan umat manusia tidak hidup dalam satu kurun waktu. Telah hidup umat manusia sebelum kita. Lalu kita yang hidup saat ini dan generasi selanjutnya yang akan hidup sesudah kita. Dan mereka yang hidup sesudah kita haruslah diperlakukan sebagai satu kesatuan. Kita harus memperlakukan mereka seperti perlakuan yang kita harapkan dari mereka jika saja mereka hidup di planet ini sebelum kita.

Sesederhana itu peraturan mainnya.
Jadi kita tidak boleh mewariskan bumi yang lebih buruk dari pada saat kita tinggali.
Jumlah ikan di laut yang lebih sedikit.
Air minum yang lebih sedikit.
Makanan yang lebih sedikit.
Hutan tropis yang lebih sedikit.
Alam pegunungan yang lebih sedikit.
Terumbu karang yang lebih sedikit.
Gunung es dan jalur-jalur ski yang lebih sedikit.
Jenis flora dan fauna yang lebih sedikit...
Keindahan yang lebih sedikit !
Keajaiban yang lebih sedikit !
Kemuliaan dan kebahagiaan yang lebih sedikit  !
(“Dunia Anna” Jostein Gaarder, hal 62-63)


Terus terang setelah membaca novel ini aku jadi takut jika apa yang dikhawatirkan Anna tentang kondisi bumi dimasa mendatang akan hancur, kering bahkan lenyap. Seperti yang dialami Nova, cicit Anna, remaja yang hidup ditahun 2082 hanya bisa melihat dan mempelajari berbagai spesies binatang dan tumbuhan  lewat arsip video atau film dokumenter saja. Bumi telah kehilangan keindahan, kekuatan dan keseimbangannya. Dan setiap hari ada saja spesies binatang dan tumbuhan  yang lenyap. Hal ini terpantau dari aplikasi android yang terpasang di smartphone Nova. Aku sebenarnya sangat mengapresiasi ide penulis yang menghadirkan tekhnologi canggih untuk melengkapi ceritanya, karena smartphone salah satu indikator kemajuan zaman. Tetapi apakah tahun 2082 smartphone berbasis android masih menjadi sesuatu yang terhitung canggih??? Bukankah nantinya itu menjadi sesuatu yang out-of-date??? Tapi tak apalah, mungkin bukan bentuknya tapi simbol kecanggihannya karena kita tak tahu tekhnologi komunikasi di masa datang akan semaju apa.

Pada taggal 12 Desember 2012, di hari ulang tahunnya Anna membuat pesan eletronik. (12.12.12... apakah ini ada hubungannya dengan isu yang sempat jadi trending topic tentang kiamat? Atau penulis habis nonton film  box office 2012???). Dan 70 tahun kemudian surel ajaib itu dibaca oleh cicitnya, Nova. Seperti nenek buyutnya, Nova punya perhatian dan kekhawatiran yang sama soal nasib bumi di masa mendatang. Mereka juga punya kebiasaan yang sama, memandang langit sambil merenung.
Bagaimana  keadaan bumi di masa mendatang padahal langitnya masih sama sejak dahulu???
Mengapa banyak spesies tumbuhan dan hewan yang lenyap???
Mengapa keseimbangan ekosistem tak bisa imbang kembali???
Apa yang akan diwariskan generasi masa kini kepada generasi yang akan datang???
Dimana letak keadilan jika generasi mendatang tidak bisa menikmati keindahan bumi dengan segala isinya???
Apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan???

Sama halnya dengan Anna dan Jonas, Nova dan kekasihnya (seorang Arab yang sudah kehilangan Negara) juga menjadi aktivis lingkungan. Jujur saja membaca  novel ini membuat aku malu. Apa yang telah aku lakukan untuk bumi ini??? Secara verbal, aku belum bisa mengajak orang lain untuk menyelamatkan lingkungan, hanya mencontohkan saja. Sebenarnya sudah lama aku memulainya dari hal sederhana, seperti frekuensi penggunaan kantong plastik. Sekarang jika ibuku meminta untuk belanja di pasar aku lebih memilih menggunakan tas belanja yang bisa dicuci dan digunakan berulang kali dibandingkan menggunakan plastik sekali pakai. Atau daur ulang tempat plastik menjadi pot kembang. Karena aku juga tak ingin mewariskan bumi yang rusak untuk generasi medatang.

Oh ya... aku tidak akan bicara soal cincin rubi merah hadiah dari Tante Suniva untuk Anna. Karena  bagiku itu sama anehnya dengan surat Anna untuk cicitnya. Bagaimana Anna begitu yakin jika cicitnya bernama Nova??? Apakah Anna sendiri yang menamainya???

"Aku peduli dengan nasib planet ini karena aku takut kehilangan bagian inti terdalam dari jati diriku."
(Dunia Anna Jostein Gaarder, hal 209)

Selingan :
Awal tahun 2015 aku Punya  tiga buku baru; satu buku komik grafis dan dua novel dari penulis  Norwegia. Awalnya aku ingin membaca "Dunia Anna - Jostein Gaarder"  tapi akhirnya aku memutuskan untuk memulai dari yang lebih senior "Lapar - Knut Hamsun".



~* Rienz *~


0 komentar: