SAM DI GI
(Bocah yang Tak Bisa
Membaca)
Cerita : Won
Yousoon
Gambar : Lee
Hyunmi
Penerjemah :
Siti Mutiaraningsih
Penyunting :
Moemoe dan Dian Hartati
Proofreader
: Febri Sribagusdadi Rahayu
Layout
Sampul dan setting isi : Tim Artistik dan Sherly
Cetakan I, November
2014
Penerbit : PT
Mizan Pustaka
96 Halaman
Pertama, bukan lantaran sedang "booming
Korea" aku memilih novel ini dari rak TB Online Aruna Omah Buku, tapi aku
kepincut sama penggambaran sosok Sam Di Gi yang lucu. Kedua, ketika membaca
judulnya membuat anganku mundur ke-30 tahun yang lalu saat kelas 3 SD. Namanya "Aa",
dia anak yang tak bisa duduk tenang menyimak pelajaran. Ada saja ulah yang diperbuatnya,
super jahil mulai dari mengganggu teman-teman atau guru sampai merusak properti
kelas. Tidak seperti Di Gi yang buta huruf, si "Aa" ini sudah bisa
membaca meskipun lambat, hanya saja dia sangat lemah dalam pelajaran matematika
dan pelajaran yang menuntut untuk bisa menghafal. Anehnya kalau menghitung uang
hampir tak pernah salah dan dia juga lebih cepat menghafal syair lagu-lagu pop terbaru
dibandingkan jika disuruh menghafal bacaan sholat atau hafalan istilah-istilah pelajaran.
Waktu itu aku tak pernah kepikiran kenapa si "Aa" bisa begitu menjengkelkan,
aku juga hampir tak pernah menyapa anak nakal itu kecuali hari Sabtu waktu
kegiatan pramuka karena aku satu regu sama dia. Pokoknya menurutku anak itu
aneh, jahil, seenaknya sendiri, rusuh dan layak dijauhi. Sayangnya setelah lulus
SD kita tak pernah bertemu lagi.
Aaaaa..... Senangnya jika mengingat masa
kecil.
 |
| Wajah bahagia Sam Di Gi |
Anak kelas 2 SD itu sebenarnya bernama
Um Sam Deok (artinya seseorang yang bermurah hati). Anehnya ia lebih suka dipanggil
Sam Di Gi. Pada usia tiga tahun ayah Sam Di Gi meninggal karena sakit kemuadian
ibunya juga pergi meninggalkannya dengan dalih mencari nafkah. Akhirnya Sam Di
Gi dibesarkan oleh neneknya yang sudah berusia 70 tahun. Sam Di Gi tidak pernah
sekolah TK dan neneknya-pun buta huruf dan sepertinya tak punya waktu untuk
memantau pelajaran Sam Di Gi di sekolah. Itulah sebabnya mengapa Sam Di Gi
menjadi sangat tertinggal dibanding teman-teman dikelasnya. Sam Di Gi sering
diabaikan dan direndahkan bahkan di-"bully" oleh teman-temannya karena ia bodoh dan buta huruf.
Guru-gurunya juga sudah kehilangan akal bagaimana cara mendidiknya karena
berbagai metode sudah diterapkan tetapi Sam Di Gi tetap sulit diajak untuk
pintar. Namun demikian meski ia bodoh dan kadang bertingkah laku aneh, tapi
bagi neneknya Sam Di Gi adalah anak yang menyenangkan juga ceria.
 |
| Sam Di Gi di-bully teman-teman kelasnya |
Hingga akhirnya hadir anak pindahan
bernama Yeon Bo Ra. Mengetahui Sam Di Gi tak bisa membaca membuat Yeon Bo Ra merasa
tertantang. Hanya Yeon Bo Ra yang perduli dengan kekurangan Sam Di Gi. Meskipun
perempuan Yeon Bo Ra seorang anak perempuan yang tegas apalagi kepada teman-temannya
yang suka mem’bully” Sam Di Gi. Yeon Bo Ra rajin meminjamkan buku dongeng bergambar dan
sering menceritakan "Pansori" (Cerita-cerita tradisional Korea) saat jam
istirahat sekolah. Dengan tulus, sabar dan sederhana akhirnya dalam waktu sebulan
Yeon Bora bisa membuat Sam Di Gi bisa membaca dan menulis meskipun terbata-bta
dan ada kekurangan. Sam Di Gi merasa gembira dan berterima kasih kepada Yeon Bo
Ra karena sekarang ia sudah bisa menceritakan
isi buku dongeng kepada neneknya.
Sam Di Gi ... Fighting !!!
 |
| Sam Di Gi belajar membaca bersama Yeon Bo Ra |
 |
| Sam Di Gi membacakan buku dongeng untuk neneknya |
Cerita yang yang sedernana tapi patut
dijadikan renungan. Seseorang yang kurang beruntung baik secara fisik atau
mental pasti selalu ada disekitar kita. Hendaknya kita tidak hanya menjadikan mereka objek lelucon
atau pelengkap saja. Kita harus bisa merangkul mereka dengan kasih sayang agar
hidup lebih ceria dan penuh kehangatan. Paling tidak membantunya agar bisa
bermanfaat bagi dirinya sendiri.
NB :
Aku suka novel anak-anak dari Korea ini. Seperti drama-drama
Korea yang umumnya menarik, novel ini juga keren, bagus ceritanya dan bagus
pula lukisannya.
~* Rienz *~
0 komentar:
Posting Komentar