Jumat, 18 Januari 2008

Diskusi Pertengahan January 2008


Duh...banyak kerjaan sampe gak sempet cerita...
Gak tau nih dah hampir dua minggu tiba2 volume transaksi Index & Forek di kantor melonjak tajam. Bikin pegel...
Aku mo cerita kalo hari rabu kemarin akhirnya aku dateng di acara diskusi novel In Cold Blood di MP Book Point. Awalnya sih aku ragu2 tuk dateng ke acara itu coz gak ada temen barengannya.
Tapi dengan semangat 45, aku maju terus pantang mundur coz sudah kadung penasaran sih jd hrs dituntaskan.

Setelah pulang dari kantor di Bapindo Aku naik Kopaja66 smp perempatan Kuningan trus nyambung pake Kopaja P20 ke arah Lebak Bulus dan turun di Republika. dari Republika nyampung pake angkot merah S11 k arah Puri Permata, Jeruk Purut.
Tiba di MP Book Point sekitar 10 menit menjelang pukul 6 sore. Tapi suasana cafe masih sepi, yang ada hanya para penyelenggara acara, sekitar 5 orang lah...
Sedikit mengisi waktu aku keliling TB, kali aja ada bacaan Oks. Akhirnya pilihan G jatuh pada Frida Kahlo dari Magdalena Carmen, murah cuma 9ribu saja.

Setelah puas memanjakan hati dengan koleksi2 yg ada di TB itu aku datang dan bergabung dalam Cafe . Seneng bgt deh dapat sambutan yang ramah dari Mbak Endah, si Nyonya rumah. Teh walini dan kue sus mencairkan suasana diantara para peserta. Akhirnya sehabis shalat maghrib acara dimulai. Narasumbernya Bpk Adreas Harsono yang seorang jurnalis, dosen dan pendiri PANTAU. Tidak hanya berbicara soal latar belakang In Cold Blood sendiri yng sgt fenomenal tapi pembahasan juga melebar dlm sebuah topik yg dikenal sbg Jurnalime Sastrawi.

Pokoknya malam itu diskusinya seru bgt deh, In Cold Blood dan relevansinya dgn Jurnalisme Sastrawi. Aku yg awam soal sastra apalagi dunia jurnalistik paling tidak jadi bs punya pandangan baru terhadap profesi penulis dan bagaimana sebaiknya tulisan yang baik dan bermutu itu. Aku jadi sedikit memahami kode etik yang harus di punyai oleh seorang Jurnalis yang baik, yaitu : Orisinalitas ide dan keotentikan fakta.

Pembahasan yang berat... tp menyenangkan dan juga cukup menyegarkan pikiran.

Sepertinya aku baru tersadar kalo otakku ternyata blom majal.
Sebetulnya acara diskusi itu juga dirangkai dengan pemutaran filmya (lupa judulnya) tp setelah diskusi meriah aku pulang duluan karena gak enak sama Ortu jika pulang kmalaman.
Aku pulang melewati jalan yg sama dgn kedatanganku sore td. Kepala dipenuhi gambaran sosok Pramudya, Remy Sylado, Andrea Hirata, Langit Kresna, ES Ito beserta karya2 mereka. Ternyata mereka tidak hanya smart tp juga licin. Woww... Gimana gak mengagumkan coba klo mereka bisa menggabungkan antara fakta sejarah dengan imajinasi logika.

Aku suka dgn karya2 mereka yg kaya ide idealisme.

Jika ada yg mengecap mrk sbg "penipu sejarah" sebaiknya hrs memikirkan lagi deh istilah yg tepat dan santun.
La wong mereka bukan wartawan kok jd sah-sah saja...

Duh ternyata menulis itu gak gampang yahhh...


* Rienz*

0 komentar: