MY NAME IS RED ~ Namaku Merah Kirmizi
Penulis : Orhan Pamuk
( Edisi Indonesia )
Penerjemah : Atta Verin
Penyunting : Anton Kurnia
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : II, Desember 2006
Tebal : 725 Halaman
Hhffuiihhh……..
Akhirnya selesai juga baca novel ini. Novel ini bukan hanya dahsyat ceritanya tapi juga membutuhkan ekstra tenaga dan waktu untuk membacanya. Awalnya memang lumayan menjemukan membacanya karena ceritanya sangat bertele-tele dan membutuhkan konsentrasi penuh untuk memahami apa yang sedang didongengkan oleh Orhan Pamuk. Sejak pertengahan 2009 novel ini sudah ada di “ Magic Box “ – ku tapi baru sekarang tertuntaskan. Sempet “ stag “ dan berhenti membacanya karena isi novel ini lumayan bikin frustasi. Dan sempet ganti-ganti motivasi juga supaya novel ini bisa tuntas. Pokoknya aku bertekad untuk bisa menyelesaikan bacaan yang satu ini. Jadi sudah hampir setahun aku putus nyambung sama novel ini. Ha…ha…ha…ha…
Novel ini mempunyai gaya bertutur yang sangat unik karena Orhan Pamuk mengajak kita untuk menjadi bagian dari ceritanya. Membaca novel ini membuatku seperti bunglon karena karena banyak peran yang aku mainkan, terkadang “ Aku dinamai Hitam “ lalu berganti menjadi ; “ Aku adalah Pamanmu Tercinta, Aku Shekure, Aku adalah Orhan, Aku dinamai Kupu-kupu, Aku dinamai Bangau, Aku dinamai Zaitun, Aku adalah Esther, Aku akan disebut Seorang Pembunuh, Inilah Aku-Tuan Osman, Aku adalah Setan“ atau menjadi sosok pelengkap ; " Kami Dua orang Darwis, Aku adalah sebatang Pohon, Aku adalah Seekor Anjing, Aku adalah Seekor Kuda dan Aku adalah Seorang Perempuan “ bahkan aku juga menjadi sosok tak hidup “ Aku adalah sesosok Mayat, Aku adalah sekeping Uang Emas “. Mungkin ini adalah cara Orhan supaya para penikmat novelnya dapat mengenal dan memahami sajian ceritannya. Jadi untuk bisa meresapi novel ini kata kuncinya adalah ; “ Aku adalah… “ atau “ Aku dinamai… “
Novel ini mengambil setting ketika Sultan Utsmaniyah Murat III berkuasa karena ia adalah Sultan Utsmanyah yang paling tertarik pada buku dan seni miniatur. kebudayaan islam sangat berkembang. Pada masa itu Kesultanan Utsmaniyah termasyhur dengan para miniaturis dan iluminatoris ( ahli menggambar dan mewarnai likisan ) karena banyak menghasilkan karya-karya lukisan yang indah. Para penguasa dan bangsawan Ustmaniyah kerap menugaskan para seniman terkemuka untuk menghiasi buku-buku pesanan istana dengan dekorasi kecil pada pinggirannya dan memberikan ilustrasi pada manuskrip-manuskrip cerita. Suatu saat secara diam-diam Sultan memerintahkan kepada abdinya untuk menambahkan dan melengkapi sebuah kitab istimewa, berjudul “ Kitab segala Pesta “ yang sengaja dibuat untuk merayakan kejayaannya dengan dekorasi dan illstrasi gambar dari para senimannya yang sangat berbakat. Namun dalam proses pembuatannya terjadi kekacauan karena ada seorang ilustrator bernama Elok Effendi terbunuh. Lalu seorang kerani bernama Hitam ditugaskan untuk menguak misteri pembunuhan itu serta menemukan pembunuhnya dalam jangka waktu tiga hari dengan dibantu Tuan Osman si kepala Iluminator.
Seperti karyanya yang lain, Orhan Pamuk masih menyodorkan tema tentang benturan antara Timur dan Barat yang ditinjau dari aspek budaya, sejarah serta identitas bangsa. Dalam proses mengungkap kasus pembunuhan itu terkuak pula perbedaan cara pandang Barat dan Timur, lalu akibat akulturasi tersebut beserta ekses negatife serta ketegangan yang ditimbulkannya. Jadi benturan antara Barat dan Timur yang cenderung menegangkan dan bisa mengarah pada sebuah konflik antar bangsa itu sudah ada sejak lama karena kita bisa melihat jejaknya dalam novel ini.
Masuknya budaya Barat dalam Kesultanan Utsmaniyah membuat cara pandang para senimannya terbelah. Dalam islam seseorang tidak diperbolehkan menggambarkan sesuatu menyerupai aslinya dan meninggalkan petunjuk bahwa itu adalah karyanya. Hal itu dianggap sebagai perbuatan dosa karena bermaksud menandingi Allah SWT, Sang Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta. Sedangkan dalam pandangan Barat lebih mengutamakan dan menghargai gambaran visual secara fisik serta lebih fleksible dalam menuangkan ide-ide kreatifnya.
Jika diibaratkan suatu hidangan, novel ini sangat lengkap menunya. Selain lezat juga mengenyangkan pembacanya. Ada misteri, ada tipu muslihat, ada sejarah, ada budaya, ada agama yang keseluruhannya disajikan dengan penuh falsafah. Jadi ilmu kita tentang seluk-beluk bangsa Turki juga bertambah. Juga tidak ketinggalan kisah romansa tiga sudut antara Hitam, Shekure dan Hasan yang terkesan tari-ulur dan melelahkan.
Novel ini juga mempunyai gaya bahasa yang sangat santun bahkan untuk menggambarkan hal-hal yang vulgar sekalipun. Seperti karya-karya Orhan Pamuk sebelumnya, novel ini juga banya kalimat-kalimat bermetafor, indah dan dalam maknanya. Karena gaya berceritanya yang tidak lazim membuat aku membutuhkan waktu ekstra untuk keluar dari profil yang satu ke profil yang lain lalu memahami karakter tokoh-tokohnya.
Pantas saja Nobel Sastra 2006 jatuh ke tangan Orhan Pamuk karena ia memang piawai sekali meramu agama, budaya, sejarah Turki menjadi sebuah kisah yang fantastis, memukau dan sangat berkesan. Menurut catatan penyunting novel setebal 725 halaman ini adalah kisah sembilan hari dalam rangka mengungkap misteri pembunuhan di musim salju tahun 1951.
Jadi buat temen-temen yang belum baca novel ini coba deh untuk menikmatinya. Meski diawal-awal agak membosankan dan terkadang sampai mengerutkan kening. Tapi dicoba deh pelan-pelan bacanya, kalau perlu diselingi hal-hal lain yang menyenangkan biar sedikit relax tetapi harus tetap komitmen dengan novel ini. Harus ekstra sabar dengan alur ceritanya, semoga temen-temen juga bisa merasakan betapa fantastisnya novel ini.
* Rienz *

0 komentar:
Posting Komentar