MENCAPAI MAKRIFAT
Al-Haarits al-Muhaasibii
Penerjemah : Syarif Hade Masyah & Usman Sya’roni
Penyerasi : Syarif Hade Masyah
PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I, Jumadil Awal 1427 H / Juni 2006
186 Halaman
سُوۡرَةُ النُّور
۞ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٍ۬ فِيہَا مِصۡبَاحٌۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِى زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّہَا كَوۡكَبٌ۬ دُرِّىٌّ۬ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ۬ مُّبَـٰرَڪَةٍ۬ زَيۡتُونَةٍ۬ لَّا شَرۡقِيَّةٍ۬ وَلَا غَرۡبِيَّةٍ۬ يَكَادُ زَيۡتُہَا يُضِىٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٌ۬ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ۬ۗ يَہۡدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَـٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬ (٣٥)
Surah CAHAYA
Allah [Pemberi] cahaya [kepada] langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[*], yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca [dan] kaca itu seakan-akan bintang [yang bercahaya] seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, [yaitu] pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur [sesuatu] dan tidak pula di sebelah barat [nya] [**], yang minyaknya [saja] hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya [berlapis-lapis], Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (35)
[*]. Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.
[**]. Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.
***
…menjelajah nafs sampai ujung,
Menapak makrifat sampai puncak,
Dan menghampar nasihat sampai tepi.”
(Al-Haarits al-Muhaasibii)
***
“Sekiranya seorang hamba beribadah kepada Allah selama ribuan tahun lamanya, tetapi dia tidak mengenal cara bermakrifat pada-Nya dan tidak mempraktikkan dalam amal ibadahnya, maka amalnya itu tidak akan mendekatkan diri pada Allah, hatinya hanya akan bertambah keras dan agamanya tidak semakin sempurna karena amal itu.”
(hal. 15)
***
Dalam buku ini, secara khusus Al-Muhaasibii mengajak para pembaca (muslim) untuk selalu beramal dengan landasan makrifat, karena makrifat menjadi tujuan nasihat, inti agama Allah, ajaran kitabnya-Nya, hikmah tertinggi, sendi agama-Nya dan pengetahuan dalam menjalankan segala perintah-Nya. Untuk itu sebagai mukmin hendaknya selalu menanamkan dalam jiwanya sifat muraaqabah (merasa diawasi Allah SWT). Karena dengan Muraaqabah dapat membantu seorang mukmin untuk memelihara diri dan agamanya dimanapun dan kapanpun, hingga kelak akhirnya ia mencapai derajat sebagai mukmin sejati.
Allah SWT (Allah, kata agung dari lafzh al-jalalah)
adalah nama diri (ism al-dzat) Tuhan, nama esensi dan totalitas-Nya.
Kata itu tersusun dari empat huruf. Jika huruf pertama (alif) dihilangkan, tiga huruf lainnya menjadi simbol alam semesta, wujud yang mencakup alam nyata (dunya) dan langit di atas cakrawala bintang gemintang; alam kubur (barzakh) dan surge; akhirat (akhirah).
Huruf pertama (alif) merupakan sumber segala sesuatu dan huruf terakhir (hu) adalah sifat Allah SWT Yang Paling Sempurna, Yang Maha Suci dari semua sekutu.
(hal. 24)
Ada empat pilar utama makrifat, yaitu,
1. Mengenal Allah SWT.
Dengan istiqomah berzikir kepada-Nya agar hati senantiasa menyadari akan kehadiran, kekuasaan, penyaksian dan pengetahuan-Nya atas diri setiap hambanya.
2. Mengenal iblis sebagai musuh.
Berhati-hatilah terhadap godaan setan saat kita taat kepada Allah, karena dia bisa membuat ketaatan itu tidak berarti. Waspadalah padanya saat bermaksiat, karena dia bisa lebih jauh lagi menyesatka kita. Dia senantiasa menipu kita dikala taat maupun maksiat.
3. Mengenali nafs (nafsu).
Kenalilah tujuan, karakter dan segala yang diperintahkan oleh nafs agar tak teperdaya olehnya. Apabila membiarkannya, pasti kita akan tersesat. Apabila memberikan harapan padanya, pasti kita akan binasa. Apabila lalai darinya, niscaya kita akan kalah. Apabila lemah dalam melawannya, pasti kita tenggelam dalam kebinasaan. Apabila mengikuti keinginannya, pasti kita akan dihantarkannya ke neraka.
4. Mengenali amal yang hanya dilakukan karena Allah SWT.
Hiasilah ketaatan kita pada Allah SWT dengan ketaqwaan, keikhlasan dan kewara’an untuk mengharap ridho-Nya semata.
Memikirkan Allah tidak ada batasnya, karena Allah tidak terbatas
(hal.86)
Dapat dipastikan bahwa semua cita-cita dan tujuan kita itu berawal dari niat. Dasar dari takwa dan sumber amal ibadah juga berawal dari niat karena Allah SWT. Sudah sepatutnya apabila kita terus memperbaiki niat kita, karena niat yang baik akan mempermudah semua urusan kita, bukan hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat kelak. Niatkanlah sesuatu dengan tulus, ikhlas dan teguh hati hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Lalu wujudkanlah niat itu dengan mengoptimalkan amal ibadah kita.
Dalam buku ini Al-Muhaasibii memberikan tuntunan berupa nasihat-nasihat dan kiat-kiat kepada para penikmat bukunya agar qolbunya senantiasa dipenuhi cahaya illahi. Pada bagian ketiga Al-Muhaasibi menawarkan sebuah cermin diri menuju suci, yang antara lain berisi:
1. Prestasi terlihat saat di uji, karena kejujuran, keburukan dan kebodohan yang tersembunyi di hati baru akan terlihat setalah melewati berbagai macam ujian dan tantangan.
2. Mengendalikan perut, menyeleksi makanan, karena untuk mengendalikan hawa nafsu yang pertama kali harus dilakukan adalah mengendalikan perut. Selain itu makan dan minumlah sesuatu yang jelas kehalalan serta kebersihannya.
3. Memproteksi semua anggota tubuh.
Jagalah semua anggota tubuh ini dengan menjaga hati karena segala sesuatu itu digerakkan oleh hati. Lakukan penjagaan itu sampai kita begitu dekat dengan Allah SWT.
4. Rendah hati itu indah, karena apabila kita berlapang hati maka hati itu akan dipenuhi oleh cahaya Allah SWT yang akan memberikan hikmah yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
5. Mewaspadai tipu daya setan dan godaan hawa nafsu.
Serahkan jiwa kita seluruhnya kepada Allah SWT dengan cara memutuskan hubungan dengan selain-Nya, karena setan dan hawa nafsu tak pernah berhenti berusaha untuk memutuskan hubungan kita dengan Allah SWT agar kita terjerumus ke dalam api neraka bersama mereka.
6. Meraih hikmah dengan tutup mulut. Karena ketika diam kita bisa menjadi penguasa hati ini, oleh karena itu pergunakan diam kita untuk berpikir, mengambil pelajaran dan berzikir.
7. Mengoptimalkan ibadah dengan selalu membaca dan mentadaburi Al-Qur’an lalu memperbanyak zikir dan ibadah sunnah; seperti shalat rawatib, shalat dhuha dan shalat tahajud.
8. Bermuhasabah untuk meraih mahabah Allah SWT.
9. Pandai-pandai memilih teman.
10. Selalu ikhlas dalam diat dan meneguhkan hati dalam setiap menjalankan amal ibadah.
Sepuluh kiat meraih posisi istimewa di sisi allah SWT, yaitu:
1. Tidak sembarangan mengatas namakan Allah SWT.
2. Tidak berbohong dalam kondisi apapun.
3. Tidak mudah berjanji.
4. Tidak menyakiti orang lain.
5. Tidak mengutuk orang lain.
6. Tidak menjerumuskan seorang muslim.
7. Tidak bermaksiat kepada Allah SWT.
8. Tidak mengandalkan orang lain.
9. Tidak tamak.
10. Tidak merasa hebat.
Demikianlah sekelumit gambaran dari buku ini. Untuk lebih jelasnya kawan-kawan bisa mempelajari sendiri untuk mencapai pemahaman seperti yang disampaikan oleh penulisnya …
Semoga bermanfaat…
~* Rienz *~
0 komentar:
Posting Komentar