Senin, 10 September 2012
Kitab AL-HIKAM - Mutiara Hikmah 21 : Taat karena Karunia-Nya
Taat karena Karunia-Nya
“Janganlah
ketaatanmu kepada Allah membuatmu gembira
lantaran
engkau mampu melaksanakannya.
Akan tetapi
bergembiralah kepada-Nya
lantaran
ketaatan itu terjadi karena karunia Allah kepadamu”
سُوۡرَةُ یُونس
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ
وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٲلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٌ۬ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ (٥٨)
Surah
YUNUS
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan
rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya
itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
(QS Yunus [10] : 58)
Penjelasan:
Seorang hamba hendaklah
merasa gembira atas perbuatan taat yang ia lakukan lantaran mendapat karunia
dan rahmat dari Allah Ta’ala. Disini harus dibedakan antara kegembiraan yang
muncul dari suatu ketaatan yang dianggapnya lahir dari perbuatannya sendiri,
dengan kegembiraan yang timbul dari ketaatan yang diyakini sebagai anugrah dari
Allah Ta’ala. Kegembiran seperti itulah yang bisa direguk oleh hamba yang
menjejakkan kakinya di maqam perjalanan menuju Allah SWT.
Syaikh Ibn ‘Atha’llah
mengingatkan pula,
“Allah
menghindarkan orang-orang yang menuju-Nya
dan juga
orang-orang yang telah sampai kepada-Nya
dari
melihat amal mereka dan meyaksikan (syuhud) hal ihwal meereka.
Bagi orang-orang
yang tengah dalam perjalanan menuju kepada-Nya, itu adalah karena mereka belum
benar-benar ikhlas dalam amal mereka.
Dan bagi
orang-orang yang telah sampai kepada-Nya, adalah karena mereka sibuk
menyaksikan-Nya, hingga tak ada waktu menengok amal-amal mereka.”
Penjelasan:
Tanda bahwa Allah Ta’ala
memberikan Taufiq kepada seseorang hamba adalah, apabila seorang hamba itu
disibukkan dengan berbuat ketaatan kepada-Nya dan pada saat yang sama dijauhkan
dari sifat ‘Ujub serta berbangga diri atas amalannya itu. Semua itu
dilandasi oleh perasaan bahwa ia belum sempurna melaksanakan amalan tersebut,
atau merasa semua amalan tersebut semata-mata merupakan wujud karunia dari
Allah bagi dirinya.
Catatan :
Ø Butir mutiara
hikmah ini, pertama kali aku mendapatkannya dari Prof.Dr.H. Nasaruddin Umar, MA dalam kajian
tasawuf – MASK yang diasuh oleh beliau.
Semoga bermanfaat…
Sumber:
Kitab Al-Hikam, Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari, Dr. Ismail Ba’adillah, Khatulistiwa Press, Cetakan Kedua Juni 2008.
Diposting oleh
atik
di
11:55:00 AM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar