Kalo dulu hari Senin biasanya asik banget buat nonton coz program "nomat" terbukti ampuh tuk menjaga isi kantong tetap save dan bisa survive. Tapi sekarang Senen smp Jumat sudah jadi waktu wajib buat penggemar film tuk nomat. Hidup sepertinya semakin rileks aja, tetapi sebenarnya ini bahaya loh... Waktu nomat yang panjang bisa menguras isi kantong. Bayangin aja dari senin sampai jumat geto loh... Dan Hollywood serta industri film dari dalam dan luar negeri seakan gak pernah kehabisan ide cerita tuk menelurkan film2 bagus dan Oks. Hiks... kantongku bolong, hiks...Senin 8 February kemarin akhirnya jadi juga aq nonton Ayat-Ayat Cinta (A2C) yang di visualisasikan dengan cukup apik oleh Hanung Bramantyo selama hampir 2 jam. Aq nonton berdua Nissa di Setiabudi 21. Sebenarnya Fadli mo ikutan tapi dia dah diboking duluan sama mamanya buat nonton Ayat-ayat Cinta juga.
Novel A2C memang sangat fenomenal. Semenjak launchingnya pertama kali ditahun 2006 novel ini mendapat sambutan yg sangat antusias dan luar biasa dari para penikmat novel di Indonesia. penulis dan penerbitnya menangguk keuntungan financial yang sangat berlimpah. Aq rasa A2C termasuk novel pop-sastra yang kehadirannya sangat tepat ditengah kejenuhan tema novel2 sastra di Indonesia. Menurut sumber yang dapat dipercaya Mbak Asma Nadia), awalnya novel A2c diperuntukkan Kang Abik untuk mahar calon istrinya. Kiranya ridha Allah sangat berlimpah untuk Kang Abik dan keluarganya karena secara tidak terduga maharnya Kang Abik ketika diterbitkan oleh Republika menjadi novel best seller yang sangat dinanti oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas kaum muslim.
Buat yang sudah menikmati A2C versi novelnya pasti akan merasa sedikit kecewa (sekitar 40% lah...) karena A2C besutan Hanung Bramantyo ternyata jalan ceritanya sedikit berbeda dari novelnya. Awalnya sih jalan ceritanya sama walau ada beberapa penyesuain setting, plot dan alur cerita. Tapi ketidaknyamanan A2C timbul karena jika dinilai secara keseluruhan tema yg diangkat jd terlalu melebar. Kalau dalam novelnya hanya bicara ttg pahit dan manisnya cinta segitiga tapi dalam filmnya dikupas lebih mendalam lagi karena lebih menjurus ke arah poligami. Mungkin disesuaikan dengan isu yang tengah marak terjadi dlm masyarakat kita "Poligami". Selain itu yang sedikit mengganggu para penikmat A2C adalah keberadaan pemainnya, seperti Surya saputra dan (bintang sinetron gaek yg biasa berperan dalam sinetron Indonesia). Sepertinya mereka berdua kurang cocok untuk membawakan peran sebagi Kyai dan paman dari Aisyah.
Ada beberapa adegan dlm A2C yang mengingatkan Aq pad film India "Kuch2 Hota Hai" seperti adegan dlm percakapan antara Fachri dan maria di atas Jembatan Sungai Nil dan Adegan sewaktu prosesi perkawinan antara Fachri dan Aisya. Pantas aja aq merasa De Ja Vu coz ternyata setting adegan itu ternyata di ambil di sungai Gangga, India (Gazebo-nya yg mengingatkan aq) lalu setting perkawinan dan pelaminan dan tempat tidur pengantin yg Inddiahe sekalee......
Tapi adanya film A2C patut diacungi dua jempol deh... Soalnya flm ini konon sudah ditonton lebih dari 4 juta masyarakat Indonesia, itupun belum yang termasuk yg menonton lewat CD bajakan. Fantastis banget kan.... Apalagi A2C jg ditonton oleh para petinggi negara loh... Edan bgt... Rehat sejenak dari serangan harga minyak goreng dan minyak tanah yg terus melambung serta bencana nasional lain yg bikin puyeng coz smp saat ini blm ada solusinya.
Terlepas dari kekurangan yang ada dalam film A2C setidaknya kehadiran A2C membawa angin segar dalam perfilman Indonesia. Selain itu A2C seakan menjadi oase yg menyejukkan tuk tema film2 Indonesia yang kebanyakan berbau horor. Sukses A2C.....
~* Rienz *~

0 komentar:
Posting Komentar