Jumat, 25 Juni 2010

House Of Sand And Fog ( Film )

Film House of Sand & Fog
Berdasarkan novel “ House Of Sand and Fog “ karya Andre Dubus III
Sutradara : Vadim Perelmen
Penulis Naskah : Shawn Lawrence Otto dan Vadim Perelmen
Pemeran : Jennifer Connelly, Ben Kingsley, Shohreh Aghdashloo,
Ron Eldard, Francesh Fisher dan Kim Dickens.
Durasi : 126 menit
Tahun : 2003


Sabtu 19 Juni 2010

Hari ini aku sengaja tidak membuat jadwal keluar karena besok, minggu 20 Juni aku ingin menghabiskan waktu seharian, refreshing sampai tidak lagi merasa “fresh” bersama seorang teman baik. Seharian aku bersama Orhan Pamuk untuk menuntaskan “ My Name is Red “. Jika aku agak jenuh membaca, aku memuaskan diri ini dengan Mamaku, Desy, Ayam-ayam katekku ( Piko-Pilo ), kura-kuraku ( Upin-Ipin ), rumahku dan TV mengembalikan “ mood-ku “ pada Orhan Pamuk. Malamnya sewaktu mengutak-atik channel TV kutemukan acara yang membuatku spontan berkomentar ; “ " Kayaknya ini film udah pernah Gue tonton deh….”, “ Judulnya apa ya…???, “ duh…apa ya...kok gak inget-inget sih…???. Aku tertinggal film ini kurang lebih sekitar dua puluh menit jadi tidak tahu judulnya. Aku menunggu iklan selesai untuk mendapatkan judulnya, tetapi Metro-TV tidak memberikan jawabannya. Baru setelah agak lama memutar memoriku barulah ingatanku kembali. Aku pernah menonton film ini sewaktu menghadiri Kajian Bulanan Para Muda Paramadina di Lebak Bulus dan judul film ini House of Sand and Fog dengan Jennifer Connely sebagai salah satu bintangnya.

Film ini merupakan visualisasi dari novel yang berjudul sama “ House of Sand and Fog “ karya Andre Dubus III. Aku sendiri belum membaca novelnya, tapi aku yakin pasti novelnya juga bagus dan asik untuk dinikmati apalagi telah direkomendasikan pula oleh Oprah’s Book Club. Secara garis besar film ini bercerita tentang perseteruan antara seorang wanita muda dengan keluarga Iran yang memperebutkan sebuah rumah di California bagian utara.

Massoud Behrani (Ben Kingsley) adalah bekas kolonel yang terbuang dari negaranya Iran setelah terjadi pemberontakan yang berujung dengan jatuhnya kekuasaan Mohammad Reza Shah Pahlavi. Massoud Behrani beserta istri, Nadereh dan kedua anaknya, Esmail dan Soraya terpaksa meninggalkan semua kemewahannya di Ishafan, Iran dan akhirnya menetap di Amerika Serikat. Menyandang status sebagai orang terbuang tentu saja sangat membebani Massoud Behrani secara psikologis karena jiwa dan kehormatannya merasa tidak utuh lagi. Seperti layaknya orang yang merantau, Massoud Behrani tidak merasa Amerika karena hatinya masih di Iran. Di Amerika awalnya mereka tinggal di apartemen mewah karena Behrani dan Nadereh harus tetap hidup mewah supaya bisa menikahkan putri mereka dengan pria dari kalangan atas. Dan setelah putrinya menikah Behrani memutuskan untuk pindah dari apartemen mewah itu. Kemudian ia bekerja sebagai pegawai di sebuah swalayan. Suatu hari Behrani melihat iklan rumah yang sedang dilelang pada sebuah surat kabar. Akhirnya dengan sisa kekayaannya Behrani memiliki sebuah rumah yang terletak di daerah pinggiran dekat pantai. Behrani menyukai rumah itu karena mengingatkannya pada rumahnya di Iran yang berpasir lembut juga berkabut.

Pada awalnya Nadereh menolak keputusan Behrani untuk pindah ke rumah yang lebih sederhana , tetapi setelah mengetahui alasan suaminya akhirnya ia mematuhinya. Tetapi setelah membeli dan menempati rumah itu kehidupan damai yang didambakan oleh Behrani tidak menjadi kenyataan karena ternyata rumah itu bermasalah. Rumah itu dilelang karena pemerintah daerah setempat menganggap si pemilik rumah lalai dengan kewajibannya membayar pajak. Pemerintah daerah setempat sebenarnya telah melakukan kesalahan terhadap rumah itu karena si pemilik rumah meyakini bahwa dia tidak punya tunggakan pajak bangunan atau pajak apapun.

Pemilik rumah itu adalah seorang wanita yang kesepian bernama Kathy Nicolo ( Jennifer Connelly ) karena ditinggal pergi suaminya begitu saja sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kathy sendiri sedang dalam kondisi stress berat karena telah diabaikan oleh suaminya. Terjualnya rumah itu tentu saja membuat Kathy sangat berang, dia merasa dirinya juga telah tergadai karena rumah itu adalah segalanya. Rumah itu bukan hanya merupakan eksistensi dirinya dan keluarganya, tetapi juga simbol perjuangan ayahnya. Kathy sangat terluka dan kehilangan, dia menganggap kalau keluarga Behrani tidak layak mendapatkan rumah yang sangat dicintainya. Karena terusir dari tempat tinggalnya, lalu ia tinggal di sebuah gudang tak jauh dari rumahnya semula karena tidak ada tempat tinggal lain.

Perseteruan keduanya berlangsung sangat mengharukan dan menguras energi. Keduanya berusaha mempertahankan hak-haknya atas rumah itu. Bagi Kathy rumahnya adalah warisan yang tidak dapat diganggu gugat lagi kepemilikannya dari dirinya sedangkan bagi Behrani rumah itu adalah masa depannya karena seluruh sisa kekayaanya telah diinvestasikan disana. Kathy tidak sendirian karena ia dibantu oleh wakil kepala sherif setempat bernama Lester. Lester sendiri sepertinya sedang ada masalah dan dibagian akhir kita bisa melihat ketidak profesionalannya sebagai seorang wakil kepala sherif menghadapi masalah ini. Aku menyukai akting Shohreh Aghdashloo sebagai Nadereh, ia sangat natural. Bukan berarti akting Jennifer Connelly dan Ben Kingsley tidak bagus, keduanya juga menunjukkan kualitas dan totalitas yang tinggi dalam berakting sehingga film itu betul-betul mengesankan. Terbukti dengan sederet penghargaan perfilman yang telah mereka raih. Kita juga bisa lihat akting Jennifer Connelly dalam film Blood Diamond an Hulk sedangkan Bens Kingsley bisa kita lihat sepak terjangnya dalam filmya yang terbaru Prince of Persia The Sands of Time.

Akhirnya perseteruan keduanya berujung pada kematian. Lester yang bersimpati kepada Kathy bertindak berlebihan dan tidak bijaksana. Ia memaksa dan mengancam sembari menodongkan pistolnya kepada Behrani dan Esmail agar keduanya datang ke kantor Walikota lalu menjual kembali rumah yang mereka tempati agar Kathy, pemilik yang sah bisa mendapatkan rumahnya kembali. Tetapi takdir telah ditentukan oleh penulis dan sutradara karena disaat Lester lengah, Eshmail berhasil merampas pistol Lester yang tersimpan dibelakang dan menodongkannya ke arah Lester agar membebaskan ayahnya. Ketika Eshmail menodongkan pistol kebetulan ada dua orang polisi lewat dan melihat pertikaian itu. Kejadiannya sangat cepat sekali. Eshmail ditembak dadanya dan tubuhnya tersungkur berlumuran darah di tangga kantor Walikota. Dan Lester hanya bisa terpana, terlihat dia sangat menyesal tapi semua tidak bisa diperbaiki lagi.

Bagian ini benar-benar membuat aku tiba-tiba menjadi cengeng. Bayangkan saja seorang laki-laki yang telah tergadai kehormatannya dalam sebuah pertempuran ideologi, laki-laki yang terbuang dari rumpun kaumnya, laki-laki hanya bias membalaskan sakit hatinya dengan memasang topeng wajah garang yang kaku dan seorang bapak yang selalu berjuang untuk kelestarian dan kebahagian keluarganya tiba-tiba harus kehilangan permatanya yang paling berharga dan tak tergantikan dengan apapun. Behrani merasa kosong dan kering, jiwanya seakan telah tercerabut dari raganya dan menganggap masa depannya sudah tidak ada harapan lagi. Dia merasa Tuhan telah bertindak tidak adil padanya dan keluarganya.

Behrani sudah tidak bisa berfikir lagi karena merasa hidupnya telah mati seiiring dengan kematian Eshmail. Tiba-tiba ia bertindak sebagai Tuhan atas hidup isterinya dan dirinya. Ia memberikan obat tidur dalam dosis besar ( satu botol ) kepada istrinya yang stress berat karena kematian Eshmail. Sore itu Kolonel Massoud Behrani tampil gagah dengan mengenakan seragam militernya, lalu dia duduk diranjang, disamping tubuh isterinya yang mulai dingin. Selanjutnya Behrani membungkus kepalanya dengan kantong plastik dan mengikat lakban di lehernya dengan sangat erat. Dan dengan semangat patriotik sambil menggengam telapak tangan isterinya Behrahi menyongsong kematiannya. Merinding aku melihat cara Behrani menemui Sang Khalik.

Tubuh keduanya di temukan oleh Kathy. Meskipun ia berusaha menolong Behrani tetapi semuanya sudah terlambat karena roh mereka sudah cukup lama meninggalkan raganya. Ia menjadi histeris dan sangat menyesal. Dan rumah itupun akhirnya tidak bertuan.
Tragis….
Tragis….
Tragis…

Setelah menonton film itu aku pergi tidur sambil berfikir:
Aku jadi teringat perumpamaan yg mengatakan :
“ Sejauh-jauhnya burung terbang pasti akan kempali kesarangnya “ atau
“ Setinggi-tingginya bola di lempar pasti akan kembali ke bumi “

Jadi rumah itu bukan hanya bangunan untuk tempat tinggal saja tetapi rumah adalah tempat dimana cita-cita dan harapan bermula.

Soal bunuh diri
Sampai sekarang aku juga bingung kenapa orang ada yang menyelesaikan persoalan dirinya dengan menyudahi hidupnya. Kita ini adalah ciptaan Tuhan jadi sepertinya tidak pantas kita mengambil hak prerogatif Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Padahal dengan kematian belum tentu semua urusan kita akan selesai karena kematian merupakan gerbang menuju kehidupan selanjutnya yang lebih hakiki jadi ada tuntutan yang membutuhkan pertanggungjawaban disana.
Tetapi saat ini bunuh diri sepertinya sudah mewabah karena tingkat orang yang melakukan bunuh diri (katanya) prosentasenya meningkat dari tahun ketahun.
Semoga aku dan teman-teman dapat menghindari kecenderungan yang demikian karena hal itu sangat dimurkai Allah.
Jadi kalau ada masalah kembalilah ke rumah...
Kembalilah ke Tuhan...
Kembalilah ke Allah...


* Rienz *



2 komentar:

Iya RF mengatakan...

Ceritanya bnr2 tragis..


Rienz say : "Kembalilah ke rumah.. Kembalilah ke Tuhan.. Kembalilah ke Allah" -----> Iya setuju bgttttttt.....

atik mengatakan...

@Iya RF, Makasih yah...
ending filmya emang mengharukan sekali...gak ada yang menang jg gak ada yang kalah... Habis kalu bukan kepada Sang Pemilik Tubuh ini sama siapa lagi kita harus berserah & berpasrah...