Jumat, 03 September 2010
IN COLD BLOOD
~ Truman Capote ~
Akhirnya berkurang juga list bacaan_Q. Baru dua hari lalu Aq menyelesaikan In Cold Blood – nya Truman Capote. Sebenarnya sudah dari awal tahun 2008 Aq sudah menyimak karya Capote yang satu ini. Tapi baru bisa terwujud pas sikonnya juga PAS…Pas ada diskon 30% dan Pas memang lagi lapar bacaan.
Awal perkenalan_Q dengan In Cold Blood ( ICB ) dan Truman Capote ketika ada bedah buku yang diselenggarakan oleh Penerbit Bentang dari Mizan di MP. Book Point Jeruk Purut. Kalau tidak salah event itu diselenggarakan bulan January 2008. Aq ingat banget waktu itu diskusi novel ICB berjalan sangat menarik apa lagi Mbak Perca, Sang tuan rumah selain ramah jg penyayah buku yang wokeh banget lah… Waktu itu pembicaranya adalah Bapak Andreas Harsono dari Yayasan PANTAU. Waktu itu Aq tidak menyangka sama sakali coz Q_kira diskusi novel biasa ternyata pembahasannya jadi meruncing kearah jurnalisme sastrawi ( Literacy Jurnalism ). Gak heran sih…memang ada relevansi antara ICB dan jurnalisme sastrawi coz novel itu dibuat berdasarkan kejadian nyata yang terjadi di Kansas menjelang akhir tahun 1959. Aq sebenarnya tidak terlalu banyak mengetahui soal sastra apa lagi jurnalistik tapi dari diskusi itu Aq dapat menarik kesimpulan ttg bagaimana tulisan yang berkualitas dan berbobot itu. Yang pasti harus ada dua point penting yang wajib ditaati oleh setiap penulis, yaitu Originalitas Idedan Keotentikan Fakta.
Dalam ICB, TC bercerita tentang pembantaian empat orang anggota keluarga Clutter yang terjadi di River Valley Farm, Kansas City, Amerika. Keempat anggota keluarga Clutter yang dibunuh secara sadis adalah; Herb Clutter ( ayah ), Bonnie Clutter ( Ibu ), Nancy Clutter dan Kenyon Clutter. Sebenarnya keluarga itu beranggotakan enam orang tetapi anak pertama dan kedua sudah tidak tinggal lagi di rumah itu jadi mereka berdua luput dari pembantaian.
Meskipun dia bukan yang terkaya, Herbert Clutter adalah salah satu petani gandum di daerah Kansas yang hidupnya sangat makmur. Selain berkah ekonomi yang berkecukupan secara struktural dan emosional bisa dibilang keluarga itu adalah keluarga yang sangat bahagia meski kondisi kejiwaan Bonnie Clutter sangat labil. Kehidupan mereka selama ini berjalan dengan ritme yang konstan karena Herb Clutter sepertinya sengaja menkondisikannya seperti itu.
Sedangkan kedua pembunuhnya, yaitu ; Dick Hickock dan Perry Smith adalah orang2 yang sakit jiwanya. Jiwa mereka sakit karena dibentuk oleh keadaan, yaitu latar belakang kehidupan mereka sebelumnya. Kedua pembunuh itu bertemu sewaktu mereka sama2 menjadi penghuni RuTan di Lansing. Awalnya mereka hanya ingin menguras isi barankas keluarga Clutter. Sayangnya Herb Clutter telah membiasakan dirinya dan keluarganya untuk tidak sering2 bertransaksi secara kash jadi mereka tidak banyak menyimpan uang kash di rumah. Kedua pembunuh itu hanya bisa berpuas diri dengan 42 dollar dan hal itu membuat keadaan menjadi tidak terkendali sehingga mereka akhirnya membunuh orang2 seisi rumah.
Big Hand for TC…
Aq kagum dengan gaya bertutur TC di ICB coz hampir semua bisa dideskripsikan dengan begitu detil dan berstruktur. Setiap individu yang ada di novel itu, baik secara fisik dan emosional digambarkan secara utuh oleh Capote seakan dia sendiri mengenal dekat dan ikut terlibat dalam kejadian itu. Lingkungan TKP serta tempat2 lain yang menjadi setting novel itu jg digambarkan secara detil, ringan dan tidak bertele-tele. Novel itu bergerak dalam alur maju yang tidak bisa dibilang konstan, meski awalnya agak menjemukan namun setelah bab pertama selesai TC menyajikan horor yang lumayan bisa memacu adrenalin pembacanya.
Dengan lihay pula TC mampu mengungkapkan motif pembunuhan itu. Pembunuhan itu terjadi tanggal 15 November 1959, sebelum Thanksgiving. Keempat korban pembunuhan itu tewas seketika karena ditembak dari jarak yang sangat dekat. Tetapi yang paling menderita adalah Herb karena sebelum di tembak, lehernya digorok terlebih dahulu oleh si pembunuh dan tewas dengan beralaskan kardus di basement rumah.
Novel ini sangat menarik untuk dinikmati karena dari perincian kasus pembunuhan itu terungkap pula sisi kelam seorang Dick Hickock dan Perry Smith. Meski latar belakang Dick dan Perry diungkapkan secara emotional tetapi tidak hiperbola karena novel ini bukan sejenis novel fiksi murni. Dari gambaran kedua pembunuh itu Qta bisa menilai siapa yang jadi korban sesungguhnya. Dan apa arti nyawa keluarga Clutter bagi sang pembunuh. TC is the best … Aq tiba2 teringat dengan Alm. Pramoedya dan Tetralogi Pulau Buru-nya .
Sejak kecil Perry Smith telah mengalami trauma dengan hidupnya. Perry terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara. Secara psikologi dan ekonomi keluarga Smith sangat berantakan. Kedua orang tua Perry bercerai sejak dia masih kecil. Kedua kakak Perry, yaitu ; Jimmy dan Fern meninggal dengan cara yang tidak wajar. Jimmy kakak pertamanya nekat menembakkan isi pistol ke kepalanya sendiri karena dia melihat istrinya melakukan hal yang serupa. Sedangkan Fern, kakak keduanya ( sepertinya sengaja ) terjun bebas dari lantai empat sebuah gedung untuk menemui sang dewa kematian. Dan dari ke empat anak2 Smith hanya Barbara, kakak ketiganya atau biasa dipanggil Bobo oleh Perry yang mempunyai kehidupan normal. Kondisi keluarganya yang sedemikian rupa membuat jiwa Perry terbelah. Ketimpangan itu juga diperparah dengan kondisi masyarakat dimana saja Perry berada. Terlalu sering Perry mengalami kekecewaan, penyiksaan dan penolakan dari lingkungannya sehingga dia menjadi pribadi yang selalu tersisihkan. Tetapi di sisi lain jiwa normal Perry yang sangat mendambakan kemapanan jg memainkan peranan jadi kadang orang sering terkecoh jika melihat penampilan fisiknya.
Sebagaimana Perry, Dick juga mempunyai sisi gelap dalam hidupnya sehingga kadang merugikan orang lain. Dick berasal dari kelurga normal yang cukup bahagia meski kadang mengalami kepincangan finansial. Awalnya dia adalah pemuda baik2 dengan sederet perestasi akademis yang membanggakan keluarganya. Tetapi setelah kecelakaan mobil sifatnya berubah drastis. Kondisi fisiknya yang rusak sewaktu kecelakaan ternyata meninggalkan cacat permanent dalam diri Dick. Dick sering mengalami sakit kepala yang amat sangat dan hal itu menyebabkan pikirannya sering terganggu. Dia selalu memacu adrenalinnya ke hal-hal yang negatif. Pokoknya semua aktualisasi dirinya lebih mengarah pada hal2 yang merugikan dirinya sendiri dan membahayakan orang lain. Kehidupan perkawinan Dick jg tidak berjalan mulus. Dia kawin cerai sebanyak tiga kali dan terakhir orientasi seksualnya tiba2 berubah karena dia menyukai gadis2 remaja.
Motif pembantaian keluarga Clutter sebenarnya sangat membingungkan, tidak ada alasan, tidak wajar dan sangat tidak masuk akal. Keduanya mengakui adanya pembantaian itu tetapi mereka mengajukan argumen yang berbeda dalam pelaksanaannya. Dick mengakui kepada Dewey bahwa Perry lah yang telah mengeksekusi keempat keluarga Clutter. Sedangkan Perry mengatakan dan menandatangani penyataan bahwa dia hanya mengeksekusi Herbert dan Kenyon saja, sedangkan sisanya ; Nancy dan Bonnie di tembak oleh Dick. Di akhir cerita Qta gak menemui titik terang dari dua argument itu. Yang mana yang benar hanya mereka berdua saja yang tahu. Pengadilan juga tidak mengusut lebih lanjut perkara itu. Peninjauan ulang atau kasasi yang diajukan oleh Dick sepertinya tidak membawa perubahan Karena pada tanggal 14 April 1965 tengah malam, kedua eksokutor keluarga Clutter itu akhirnya di eksekusi.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya novel ini sangat layak untuk dibaca dan dipelajari terutama bagi mereka yang sedang mendalami ilmu jurnalistik. Bisa dibilang novel ini adalah masterpiece-nya TC. Aq rasa TC sangat intens dalam menggali segala informasi dari berbagai sumber untuk menyempurnakan karyanya. Tidak heran jika dia membutuhkan waktu yang lama, sekitar enam tahun untuk menyelesaikannya karena sepertinya memang membutuhkan keahlian dan jam terbang tinggi untuk menyusun penggalan2 informasi itu menjadi sebuah novel yang fenomenal.
Novel terpilih sebagai salah satu buku terbaik sepanjang masa pada tahun 1996 dan sering menjadi kajian untuk mengetahui benak para pelaku criminal. Tak berlebihan pula jika novel ini menarik minat para pekerja film untuk memvisualisasikannya, seperti dalam film Capote ( 2005 ) dan Infamous ( 2006 ). Aq sudah nonton yang judulnya Capote karena terus terang sehabis diskusi novel ini Aq jadi sangat penasaran. Film ini di bintangi oleh Philiph Seymour Hoffman dan dia akhirnya menyabet oscar sebagai actor terbaik 2005.
Selesai membaca novel ini Aq jadi teringat berita2 yang ada di berbagai media massa. Sekarang ini di beberapa kota di Indonesia sering terjadi pembunuhan dengan alasan sepele. Misalnya hanya karena uang lima ribu rupiah seseorang bisa tega menghilangkan nyawa orang lain. Atau dengan alasan sepele lainnya seseorang bisa memutilasi orang lain. Hhmmm… sepertinya semakin canggih zaman ini berganti semakin modern pula virus2 jiwa menggeroti setiap kalbu yang lemah.
~* Rienz *~
Diposting oleh
atik
di
3:00:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Cerita Buku,
Truman Capote
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar