Banyak untungnya memang menjadi bagian dari Komunitas Historia (KomHis), tambah ilmu, tambah teman dan yang pasti tambah mengenal akar sejarah bangsa ini. Dan asyiknya lagi bisa dapat tiket gratisan untuk beberapa event keren… lumayan... kekekeke…
Alhamdulillah malam itu “narcissus” sedang menguasaiku jadi dengan entengnya aku hadir meramaikan pagelaran itu. Bergabung dengan anggota KomHis lainnya aku memempati salah satu deretan bangku di sayap kanan gedung pertunjukan itu. Aku duduk di deretan D-5, agak jauh memang hingga mataku harus bekerja keras supaya bisa lebih konsentrasi dengan pertunjukan Symphony Orkestra itu. Kulihat di panggung para pendukung Orkestra itu juga telah siap. Latar belakang panggung itu adalah sebuah layar lebar yang menyajikan visualisasi informatif agar acara lebih fokus dan menghibur. Sayang sekali aku tak bisa mengabadikan moment demi moment yang meluncur pada malam itu, malklumkah aku “terbatas”.
Sekitar 07.30 WIB Pagelaran Musik Karya Cipta Ismail Marzuki dimulai. Pagelaran itu dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Bapak Fauzi Bowo yang didampingi isteri, Ibu Hartati juga Walikota Jakarta Pusat dan Rektor IKJ. Yang bertindak sebagai Conductor dari Orkes Symphoni IKJ pada malam itu adalah Bapak Hari Poerwanto. Pagelaran musik itu dibuka oleh empat buah lagu yang sudah tidak asing lagi ditelinga para hadirin, yaitu:
- “Five Waltz” by Schubert.
- “Jali-Jali” diiringi solo biola oleh Eci Utari Ayu Poerwanto dan arranger Singgih Sanjaya.
- “Dying Young” by Kenny G diiringi solo saxophone oleh Icad dan orkestrasi oleh M. Dhany Iskandar.
- “Bohemian Rhapsody” by Freddie Mercury diiringi oleh Paduan Suara IKJ.
Masuk ke inti acara, selanjutnya kita disuguhi sekitar tiga belas karya gemilang Ismail Marzuki.
- “Indonesia Pusaka (1945)”, yang mengalun indah dari seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SD bernama Juliet Angelia.
- “Gugur Bunga (1945)”, yang dinyanyikan secara syahdu oleh Paduan Suara IKJ. Turut mengiringi lagu ini adalah tampilan pada layar di belakang panggung. Dapat kita saksikan ketika Juliet Angelia berziarah ke makam Ismail Marzuki sambil menaburkan dan meronce bunga lalu adegan itu diteruskan-pindah ke atas panggung. Juliet Angelia hadir di atas panggung sambil membawa bunga ronce merah putih. Selanjutnya Bapak Fauzi Bowo hadir pula ke panggung untuk menerima kalungan bunga dari Juliet Angelia lalu membuka Pagelaran Musik itu dengan iringan do’a dan sekelumit sambutan.
(Mendengar lagu Gugur Bunga membuatku jadi sedikit merinding karena teringat pada film G30S-PKI)
- “Sersan Mayorku”, yang dilagukan penuh harmonis oleh enam orang wanita bergaun hitam. Mengiringi lagu ini adalah ilustrasi lucu oleh tiga orang laki-laki berseragam TNI zaman dulu. (hmm... tiba-tiba saja aku jadi teringat pada kekonyolan The Three Stooges)
Nb: Kalau aku gak salah lihat salah seorang penyanyinya yang berambut kribo sering aku lihat wajahnya di iklan PONDS.
- “Jangan Ditanya Kemana Aku Pergi (1945)”, Charles Nasution dengan setelan jas hitam dan selempang ulosnya berhasil memukau para penonton. Klimaksnya adalah kehadiran Icad dengan saxophone-nya.
- “Kopral Jono (1946)”, mengalir lewat lengkingan suara biduanita cantik berbaju merah bernama Sastrani. Lagu ini di arransement oleh Adryan Sinulingga.
- “Wanita (1942)”, diarransement oleh Adryan Sinulingga dan dilantunkan dengan lembut oleh Acil Bimbo. Lagu ini juga mengiringi aksi gemulai tiga orang penari berkebaya encim dengan nuansa merah putih.
- “Candra Buana (1946)”, dilagukan oleh Paduan Suara IKJ.
- “Melati di Tapal Batas (1947)”, dilagukan oleh Charles Nasution dan Sastrani diiringi oleh Paduan Suara IKJ.
- “Aryati”, dibawakan dengan romantis oleh Fauzi Bowo diiringi oleh Paduan suara IKJ. Dipertengahan lagu Fauzi Bowo mengganti liriknya dengan nama istrinya, yaitu “Hartati”, kontan saja gemuruh tepuk tangan dan siulan langsung membahana di ruangan itu.
(...hhmmm...co...cweeettt... )
- “Sapu Tangan Dari Bandung Selatan (1947)” dinyanyikan oleh Paduan Suara IKJ.
- “YII (1947)”, dinyanyikan oleh Paduan Suara IKJ.
Sebagai penutup acara Orkes Symphoni dan Paduan Suara IKJ mempersembahkan dua buah lagu melayu, yaitu: “Pak Ketipak Ketipung dan Selayang Pandang-nya Said Effendi”. Tampilan lagu ini juga dipercantik dengan kehadiran sepasang penari melayu yang bergerak lincah-gemulai penuh semangat.
21.30 WIB passss...
Musik berhenti dan penontonpun balik pergi...
Aku... meninggalkan TIM dengan Metromini...
Ku kira berakhir di Manggarai...
Salah lagi...
22.05 WIB di Kramat Sentiong NU...
Akhirnya Busway jadi penyelamatku...
~* Rienz *~
0 komentar:
Posting Komentar