Kamis, 26 Mei 2011

Pagelaran Musik Karya Cipta Ismail Marzuki




Apakah kamu tahu lagu Halo-Halo Bandung ???
Bisa menyanyikannya ???
Pernah menyanyikannya ???
Pasti kamu pernah menyanyikannya dan lagi merdu pula suaranya…
Lagu itu syairnya mudah, iramanya juga riang jadi gampang diingat sehingga sudah sangat populer bagi kebanyakan penduduk negeri ini. Banyak anak kecil usia TK sudah diajarkan lagu ini apalagi bagi mereka yang remaja ataupun dewasa.

Tapi tahukah kalian siapa pencipta lagu ini ???
Pasti hanya sedikit orang yang bisa menjawab pertanyaan ini… (Wong aku sendiri juga lupa… )



Yup… Beliau adalah Ismail Marzuki. Dan Halo-Halo Bandung adalah salah satu dari sekian banyak karya gemilang Beliau. Ismail Marzuki adalah salah satu komponis besar Indonesia. Putra Betawi yang bernama kecil Ma’ing ini  lahir di Kwitang pada tanggal 11 Mei 1914. Selain pandai membaca Al-Qur’an Bang Maing juga mempunyai bakat bermusik yang luar biasa. Tak terhitung sumbangsih Bang Ma’ing bagi kemajuan seni musik di Indonesia. Lagu-lagunya sering menjadi Hits pada zamannya. Bahkan hingga kinipun kita masih bisa menikmatinya. Ismail Marzuki wafat pada tanggal 25 Mei 1958 di usia 44 tahun dan jasadnya dikebumikan di TPU Karet Bivak. Atas jasa-jasanya pada tanggal 10 Nopember 1968 oleh Bapak Ali Sadikin, Gubernur Jakarta pada waktu itu, namanya diabadikan sebagai pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) yang berlokasi di Jalan Cikini Raya No.73. Kemudian 46 tahun setelah Beliau wafat, pemerintah Indonesia menganugerahi Ismail Marzuki sebagai Pahlawan Nasional.


Kini bertepatan 53 tahun wafatnya Ismail Marzuki, Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Pusat menyelenggarakan pagelaran musik sebagai bentuk apresiasi dari generasi penerus bangsa ini terhadap karya-karya Ismail Marzuki yang jumlahnya ratusan. Bersama Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai mitra kerjanya, SuDin Kebudayaan JakPus mewujudkan pagelaran itu dalam bentuk Symphony Orkestra. Akhirnya selasa malam lalu atau tepatnya tanggal 24 Mei 2011 Pagelaran Musik Karya Cipta Ismail Marzuki sukses terselenggara dengan dihadiri oleh banyak peminatnya baik dari kelompok maupun perorangan. Alhamdulillah kali ini aku bisa menjadi bagian dari Haul itu.


Banyak untungnya memang menjadi bagian dari Komunitas Historia (KomHis), tambah ilmu, tambah teman dan yang pasti tambah mengenal akar sejarah bangsa ini. Dan asyiknya lagi bisa dapat tiket gratisan untuk beberapa event kerenlumayan... kekekeke…
Alhamdulillah malam itu “narcissus” sedang menguasaiku jadi dengan entengnya aku hadir meramaikan pagelaran itu. Bergabung dengan anggota KomHis lainnya aku memempati salah satu deretan bangku di sayap kanan gedung pertunjukan itu. Aku duduk di deretan D-5, agak jauh memang hingga mataku harus bekerja keras supaya bisa lebih konsentrasi dengan pertunjukan Symphony Orkestra itu. Kulihat di panggung para pendukung Orkestra itu juga telah siap. Latar belakang panggung itu adalah sebuah layar lebar yang menyajikan visualisasi informatif agar acara lebih fokus dan menghibur. Sayang sekali aku tak bisa mengabadikan moment demi moment yang meluncur pada malam itu, malklumkah aku “terbatas”.

Sekitar 07.30 WIB Pagelaran Musik Karya Cipta Ismail Marzuki dimulai. Pagelaran itu dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Bapak Fauzi Bowo yang didampingi isteri, Ibu Hartati juga Walikota Jakarta Pusat dan Rektor IKJ. Yang bertindak sebagai Conductor dari Orkes Symphoni IKJ pada malam itu adalah Bapak Hari Poerwanto. Pagelaran musik itu dibuka oleh empat buah lagu yang sudah tidak asing lagi ditelinga para hadirin, yaitu:
  1. “Five Waltz” by Schubert.
  2. “Jali-Jali” diiringi solo biola oleh Eci Utari Ayu Poerwanto dan arranger Singgih Sanjaya.
  3. “Dying Young” by Kenny G diiringi solo saxophone oleh Icad dan orkestrasi oleh M. Dhany Iskandar.
  4. “Bohemian Rhapsody” by Freddie Mercury diiringi oleh Paduan Suara IKJ.

Masuk ke inti acara, selanjutnya kita disuguhi sekitar tiga belas karya gemilang Ismail Marzuki.

  1. “Indonesia Pusaka (1945)”, yang mengalun indah dari seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SD bernama Juliet Angelia.
  2.  “Gugur Bunga (1945)”, yang dinyanyikan secara syahdu oleh Paduan Suara IKJ. Turut mengiringi lagu ini adalah tampilan pada layar di belakang panggung. Dapat kita saksikan ketika Juliet Angelia berziarah ke makam Ismail Marzuki sambil menaburkan dan meronce bunga lalu adegan itu diteruskan-pindah ke atas panggung. Juliet Angelia hadir di atas panggung sambil membawa bunga ronce merah putih. Selanjutnya Bapak Fauzi Bowo hadir pula ke panggung untuk menerima kalungan bunga dari Juliet Angelia lalu membuka Pagelaran Musik itu dengan iringan do’a dan sekelumit sambutan.
(Mendengar lagu Gugur Bunga membuatku jadi sedikit merinding karena teringat pada film G30S-PKI)
  1. “Sersan Mayorku”, yang dilagukan penuh harmonis oleh enam orang wanita bergaun hitam. Mengiringi lagu ini adalah ilustrasi lucu oleh tiga orang laki-laki berseragam TNI zaman dulu. (hmm... tiba-tiba saja aku jadi teringat pada kekonyolan The Three Stooges)
Nb: Kalau aku gak salah lihat salah seorang penyanyinya yang berambut kribo sering aku lihat wajahnya di iklan PONDS.
  1. “Jangan Ditanya Kemana Aku Pergi (1945)”, Charles Nasution dengan setelan jas hitam dan selempang ulosnya berhasil memukau para penonton. Klimaksnya adalah kehadiran Icad dengan saxophone-nya.
  2. “Kopral Jono (1946)”, mengalir lewat lengkingan suara biduanita cantik berbaju merah bernama Sastrani. Lagu ini di arransement oleh Adryan Sinulingga.
  3. “Wanita (1942)”, diarransement oleh Adryan Sinulingga dan dilantunkan dengan lembut oleh Acil Bimbo. Lagu ini juga mengiringi aksi gemulai tiga orang penari berkebaya encim dengan nuansa merah putih.
  4. “Candra Buana (1946)”, dilagukan oleh Paduan Suara IKJ.
  5. “Melati di Tapal Batas (1947)”, dilagukan oleh Charles Nasution dan Sastrani diiringi oleh Paduan Suara IKJ.
  6. “Aryati”, dibawakan dengan romantis oleh Fauzi Bowo diiringi oleh Paduan suara IKJ. Dipertengahan lagu Fauzi Bowo mengganti liriknya dengan nama istrinya, yaitu “Hartati”, kontan saja gemuruh tepuk tangan dan siulan langsung membahana di ruangan itu.
(...hhmmm...co...cweeettt... )
  1. “Sapu Tangan Dari Bandung Selatan (1947)” dinyanyikan oleh Paduan Suara IKJ.
  2. “YII (1947)”, dinyanyikan oleh Paduan Suara IKJ.

Sebagai penutup acara Orkes Symphoni dan Paduan Suara IKJ mempersembahkan dua buah lagu melayu, yaitu: “Pak Ketipak Ketipung dan Selayang Pandang-nya Said Effendi.  Tampilan lagu ini juga  dipercantik dengan kehadiran sepasang penari melayu yang bergerak lincah-gemulai penuh semangat.


21.30 WIB passss...
Musik berhenti dan penontonpun balik pergi...
Aku... meninggalkan TIM dengan Metromini...
Ku kira berakhir di Manggarai...
Salah lagi...

22.05 WIB di Kramat Sentiong NU...
Akhirnya Busway jadi penyelamatku...


~* Rienz *~

0 komentar: