Kisah Suami Pencemburu
Penulis : Leo Tolstoy
Penerjemah : Wawan Eko Yulianto
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : I, November 2009
Tebal : viii+160 Halaman
Lagi-lagi kudapatkan salah satu karya terbaik dari sastrawan kelas dunia di event Book Fair. Dengan harga miring aku bisa dapatkan salah satu karya Leo Tolstoy. Bukunya memang tipis tetapi isinya benar-benar dahsyat, kritis, dan sangat emosional.
Kisah Posdnicheff diawali dari percakapan yang terjadi dalam sebuah gerbong kereta api yang sedang melaju. Sepertinya untuk mengurangi kebosanan selama dalam perjalanan para penumpang berbagi cerita tentang berbagai hal. Aku jadi teringat sama penumpang kereta api jurusan Jakarta-Bogor / Bogor-Jakarta yang juga sangat akrab. Bahkan kabarnya dalam sebuah artikel disurat kabar ibukota pernah dibahas kalau komunitas itu membuat acara arisan segala. Duhh… jadi ngelantur nih…kembali ke Posdnicheff…
Seiring dengan laju kereta, percakapan diantara para penumpangpun bergulir mulai dari soal bisnis, seni, pendidikan hingga soal cinta, perkawinan dan perceraian. Pada awalnya Posdnicheff tidak tertarik dengan pembahasan mereka tetapi ketika ada seorang wanita berkata bahwa; “ … cinta mensucikan perkawinan dan bahwa perkawinan sejati adalah perkawinan yang disucika oleh cinta “, Posdnicheff mulai terusik. Ia kemudian meminta penjelasan tentang “ Hakikat Cinta “ kepada semua orang yang terlibat dalam diskusi itu. Ia merasa wanita itu kolot, tidak realistis, terlalu mengagung-agungkan cinta dan membiarkan dirinya dibuai mimpi karena menurut Posdnicheff cinta itu mempunyai banyak wajah yang bisa berganti rupa sesuai dengan kebutuhan. Menurutku sebenarnya wanita itu tidak benar-benar salah karena kehidupan percintaan setiap orang itu berbeda-beda.
Ketika Posdnicheff tinggal berdua saja dengan sang narator, ia mencurahkan semua beban yang menggalayutinya. Apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh Posdnicheff tentang kisah cinta dan kehidupan perkawinannya ditumpahkan seluruhnya kepada sang narator yang lebih memilih sebagai pendengar yang baik ketimbang menjadi lawan bicaranya. Posdnicheff menjelaskan bahwa perempuan tidaklah selemah yang yang dikira laki-laki.
Jadi siapakah sebenarnya yang lebih berkuasa : lelaki atau perempuan ? Secara lahiriah mungkin banyak yang menyetujui jika laki-laki lebih kuat dan berkuasa ketimbang perempuan. Tetapi Posdnicheff memberikan penilaian dari sudut pandang yang berbeda, ia mengatakan bahwa perempuan tidak akan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki jika ia tidak dilihat sebagai objek dari kepuasan dan kenikmatan laki-laki. Secara tidak langsung Posdnicheff ingin membuka pemahaman kita bahwa perempuan punya cara sendiri untuk menunjukkan kekuatannya dan eksistensinya di dimata laki-laki. Karena dengan segala kelemahan dan kekurangannya ( sesuai dengan kodratnya ) ternyata perempuan bisa membuat laki-laki tanpa sadar terjebak dan bertekuk lutut dihadapan perempuan.
Hmmm… mendadak aku jadi teringat dengan syair lagu “ Sabda Alam “ yang dipopulerkan oleh Titik Puspa
Diciptakan alam pria dan wanita
Dua makhluk dalam asuhan dewata
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
Adapun wanita lemah lembut manja
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Namun ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di kerling wanita
Posdnicheff datang dari salah satu keluarga bangsawan Rusia. Dan hidupnya hampir tidak pernah jauh dari pesta, wanita dan minuman. Meskipun menjalani kehidupan yang bebas Posdnicheff selalu berangan-angan tentang masa depan yang ideal, yaitu bahwa suatu saat ia akan menikahi wanita yang tidak banyak tingkah serta tuntutan dan menjadi laki-laki yang setia pada istri dan keluarganya.
Singkat cerita Posdnicheff jatuh cinta dan menikah dengan seorang wanita. Awalnya kehidupan rumah tangga mereka penuh dengan gairah cinta meski terkadang diselingi dengan percekcokan. Tetapi lama kelamaan cek-cok itu membesar menjadi perang dingin bahkan pertengkaran. Kehadiran anak-anak dalam rumah tangga mereka juga tidak bisa menjembatani segala permasalahan diantara keduanya. Sebetulnya Posdnicheff menyadari akar permasalahan yang terjadi dalam pernikahan mereka, tetapi sepertinya mereka tidak mampu menguasai dan mengontrol emosinya.
“... penyebab abadi luka-luka pernikahan ialah kecemburuan “. ( hal. 70 )
Selanjutnya masih dihalaman yang sama Posdnicheff juga menjelaskan
“ Mustahil kecemburuan hilang antara suami istri yang hidup secara amoral. Jika menolak mengorbankan kenikmatandemi kesejahteraan anak-anak, artinya sejak saat itu mereka bulat-bulat menyimpulkan tak akan mengorbankan kesenangan, jangankan demi kebahagian dan ketentraman hidup, demi nuranipun tidak “.
Perbincangan dalam kereta itu terus berlangsung hingga akhirnya Posdnicheff menceritakan bagian yang paling tragis dalam kehidupan perkawinannya. Setelah melahirkan anak kelima, dokter menyarankan kepada istri Posdnicheff untuk memasang alat kontrasepsi agar hidupnya bisa lebih santai dan jauh dari histeria. Dan Posdnicheff yang pencemburu dan posesif itu tidak menyukai posisi yang menguntungkan istrinya karena kemerdekaan istrinya itu berarti kekalahannya. Posdnicheff merasa superioritasnya sebagai suami dan kepala rumah tangga terganggu dan terabaikan dengan kebebasan isterinya.
Disaat yang kritis itu hadirlah laki-laki lain, seorang pemain biola bernama Traoukhatchevsky. Meskipun telah mempunyai lima anak istri Posdnicheff masih terlihat cantik dan kehadiran pemain biola seakan menjadi oase bagi hidupnya yang menjemukan. Posdnicheff benar-benar terpojok tetapi ia berusaha bersabar dengan segala tingkah istrinya. Mereka berdua terlihat akrab bahkan dalam sebuah pertunjukan musik di gedung balai kota mereka berkolaborasi memainkan bait-bait The Kreutzer Sonata dengan apik.
Hingga suatu malam tragedi itupun menyapa. Ketika Posdnicheff sedang berada di luar kota dengan segala pesonanya istri Posdnicheff berhasil menggaet si pemain biola. Posdnicheff yang sudah dikuasai amarah akhirnya menukar kekalahannya dengan nyawa isterinya. Ia menghunuskan belati ke bagian bawah payudara isterinya. Dan istri yang melakukan perzinahan itu akhirnya tewas di tangan suaminya yang pencemburu.
Untuk beberapa lama Posdnicheff harus menpertanggung jawabkan perbuatannya. Tetapi tak lama kemudian ia dibebaskan. Lalu Posdnicheff melanjutkan perjalannya dengan menaiki kereta api Pozdnyshev. Dan di perjalanan ia mencari pengampunan dari sesama penumpang dengan cara menceritakan kisahnya.
Aku menyukai novel ini, aku menyukai Tolstoy karena ia selalu menggambarkan dan menyuarakan kondisi sosial masyarakat Rusia pada zamannya, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Novel ini menggambarkan pertarungan antara kaum tua dan kaum muda; antara mereka yang menjunjung tingggi nilai-nilai pernikahan dengan mereka yang menganggap pernikahan sebagai prostitusi jangka panjang; antara kekangan dan kebebasan; antara penindasan dan perjuangan. Dan Tolstoys adalah seorang yang briliant.
Menurut informasi yang kudapat dari sinopsis di bagian belakang novel ini dan juga dari mesin pencari otomatis google, kisah tragis yang terbit pertama kali pada taun 1889 ini langsung di cekal dan ditentang keras perdarannya oleh pemerintah Rusia. Pemerintah Rusia mungkin menganggap ide-ide serta nilai-nilai yang disampaikan dalam novel ini dapat memicu ekses-ekses negatif di masyarakat yang bisa membahayakan negara.
Dan yang lebih mencengangkan adalah bahwa setidaknya sekitar delapan film dibuat berdasarkan novel ini. Selain itu juga ada beberapa pementasan, musik, lukisan, tari balet di Rusia, Eropa dan Amerika yang diadaptasi dari novel ini.
Woww..... aku jadi pengen nonton filmnya.....
~* Rienz *~
0 komentar:
Posting Komentar