Ahaa…
seperti kapan saja
kami para hamba
tak berada di mana-mana
melainkan di hadapan-Mu jua
ini sangat sederhana
tetapi kami sering lupa
sebab mengalahkan musuh-musuh-Mu
yang kecil saja, kami tak kuasa
GUSTI,
inilah tawanan-Mu
tak berani menengadahkan muka
mripat kami yang terbuka
telah lama menjadi buta
sebab menyia-nyiakan dirinya
dengan hanya menatap hal-hal maya
GUSTI,
cinta kami kepada-Mu tak terperi
namun itu tak diketahui
oleh diri kami sendiri
maka tolong ajarilah kami
agar sanggup mengajari diri sendiri
menyebut nama-Mu seribu kali sehari
karena meski hanya sehuruf saja dari-Mu
takkan tertandingi
GUSTI,
kami berkumpul disini
untuk mengukur keterbatasan kami
melontarkan beratus beribu kata
seperti buih-buih
melayang-layang di udara
diisap kembali oleh Maha Telinga
sehingga tinggal jiwa kami termangu
menunggu ishlah dari-Mu
agar jadi bening dan tahu malu
GUSTI,
kami pasrah sepasrah-pasrahnya
kami telanjang setelanjang-telanjangnya
kami syukuri apapun
sebab rahasia-Mu agung
tak ada apa-apa yang penting
dalam hidup yang cuma sejenak ini
kecuali berlomba lari
untuk melihat telapak kaki siapa
yang paling dulu menginjak
halaman rumah-Mu
GUSTI,
lihatlah
mulut kami fasih
otak kami secerdik setan
jiwa kami luwes
bersujud bagai para malaikat-Mu
namun saksikan
adakah hidup kami mampu begitu ?
langkah kami yang mantap dan dungu
hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu
arah mata kami yang bingung dan tertipu
akan sanggupkah melunasi hutang kami
kepada kasih cinta penciptaan-Mu ?
GUSTI,
masa depan kami sendiri kami bakar
namun Engkau betapa amat sabar
peradaban kami semakin hina
namun betapa Engkau bijaksana
kelakuan kami semakin nakal
namun kebesaran-Mu maha kekal
nafsu kami semakin rakus
tapi betapa rahmat-Mu tak putus-putus
kemanusiaan kami semakin dangkal
sehingga Engkau menjadi terlampau mahal
GUSTI,
kamilah pesakitan
di penjara yang kami bangun sendiri
kamilah narapidana
yang tak berwajah lagi
kaki dan tangan ini
kami ikat sendiri
maka hukumlah dan ampuni kami
dan jangan biarkan terlalu lama menanti
Emha Ainun Nadjib
Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan firman-Mu pun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayat-Mu pun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayang-Mu pun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaran-Mu pun diremehkan
Sedangkan jasa penciptaan-Mu pun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitab-Mu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahim-Mu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasih-Mu Muhammad dilempar batu
Sedangkan Ibrahim-Mu dibakar
Sedangkan Yunus-Mu dicampakkan ke laut
Sedangkan Nuh-Mu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasih-Mu ma’shum dan aku bergelimang hawa
Nabi utusan-Mu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepada-Mu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepada-Mu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaan-Mu
Emha Ainun Nadjib



0 komentar:
Posting Komentar