Senin, 13 Agustus 2012

Kitab AL-HIKAM - Mutiara Hikmah 20 : Cahaya, Mata Batin & Rahasia Hati



Mutiara Hikmah 20


Cahaya, Mata Batin & Rahasia Hati


“Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia hati (asrar)”


Penjelasan:
Hati (jiwa) manusia memiliki balatentara dan sekaligus sarana yang berfungsi untuk menempuh perjalanan. Dan kendaraan yang dipergunakan oleh hati untuk menuju Allah Ta’ala itu adalah cahaya. Sedangkan tentara hati yang dengannya ia dapat mengalahkan tentara setan juga adalah cahaya. Jadi, ada dua peran yang dimainkan cahaya dalam hati.

Syaikh Ibn ‘Atha’llah mengingatkan pula,

“Cahaya adalah tentara qalbu sebagaimana
kegelapan adalah tentara tentara nafsu.
Ketika Allah hendak menolong hamba-Nya,
maka Dia membantunya dengan pasukan cahaya (anwar)
dan memutus bantuan kegelapan serta kepalsuan”


Penjelasan:
Cahaya tauhid, iman dan keyakinan itu merupakan pasukan yang membantu hati. Sebaliknya, kegelapan syirik dan sikap was-was (ragu) adalah pasukan yang menyokong hawa nafsu. Dan peperangan diantara keduanya tidak kunjung usai, selalu ada yang kalah atau menang. Bisa juga ada yang lebih mendominasi dibanding lainnya. Sebab itu, bagi siapa yang diberi petunjuk Allah Ta’ala, maka tak akan ada satupun yang mampu menyesatkannya. Sebaliknya, siapapun yang terlanjur disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada satu orang pun yang mampu menolongnya

Ibn ‘Atha’illah juga mengingatkan,

“Tugas cahaya menyingkap tabir,
tugas mata batin (bashirah) menetapkan hukum,
sedangkan tugas qolbu menghadapi atau menbelakangi”

Penjelasan:
Tugas cahaya sangatlah penting. Sebab, jika seseorang memiliki lampu penerang, dimana pada kondisi malam yang gelap gulita lampu itu dinyalakan, maka akan terlihat segala sesuatu yang berada di sekelilingnya. Dan jika sesuatu itu jelas terlihat, maka akal akan berperan untuk memutuskan apakah sesuatu itu membahayakan atau justru bermanfaat, buruk atau baik, harus dilakukan sesuatu atau menahan diri atasnya.

Adapun dalam urusan yang berkaitan dengan masalah akhirat, peran cahaya batin sangat membantu. Dengan cahaya ini akan terlihat perbedaan antara cara pandang seorang muslim dengan non-muslim dalam menilai sesuatu. Sebagaimana digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya

سُوۡرَةُ البَقَرَة

مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسۡتَوۡقَدَ نَارً۬ا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُ ۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِى ظُلُمَـٰتٍ۬ لَّا يُبۡصِرُونَ (١٧)

Surah SAPI BETINA
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api [*] maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya [yang menyinari] mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
 (QS Al-Baqarah [2] : 17)
[*]. Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.

Pada tahap selanjutnya adalah bashirah (mata batin), yaitu karunia cahaya yang dengannya seorang hamba mampu menentukan hukum tentang apa yang wajib dilakukan dan yang wajib pula ditinggalkan (dijauhi)



Catatan :
Ø Butir mutiara hikmah ini, pertama kali aku mendapatkannya dari Prof.Dr.H. Nasaruddin Umar, MA dalam kajian tasawuf – MASK yang diasuh oleh beliau.


Semoga bermanfaat…



Sumber:
Kitab Al-Hikam, Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari, Dr. Ismail Ba’adillah, Khatulistiwa Press, Cetakan Kedua Juni 2008.


0 komentar: