Jumat, 04 Februari 2011

MANJALI dan CAKRABIRAWA


MANJALI  dan  CAKRABIRAWA   
Penulis :
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan : Cetakan Kedua, September 2010
Tebal : 251 Halaman




“Jika kebetulan-kebetulan terjadi terlalu banyak dan cocok satu sama lain,
apakah kita tetap percaya bahwa itu serangkaian kebetulan belaka?”
(hal.18)


Novel ini merupakan buku kedua dari seri “Bilangan Fu” karya Ayu Utami. Novel ini juga masih mengusung tema yang sama yaitu Roman Misteri, bedanya jika di buku pertama “Bilangan Fu” lebih filosofis dan misterius sedangkan buku kedua kita akan menemui beberapa teka-teki dan kebetulan-kebetulan. Jika  “Bilangan Fu” lebih banyak bersetting di daerah perbukitan kapur Watu Gunung dan sekitarnya sedangkan “Manjali dan Cakrabirawa” lebih banyak mengambil setting di Candi Calwanarang di daerah kaki gunung lawu. Jika di “Bilangan Fu” Marja boleh dibilang hanya sebagai pelengkap atau pemanis antara Parang Jati dan Yuda, sedangkan di  “Manjali dan Cakrabirawa” Marja sudah mendapat posisi sebagai subyek yang memegang kendali cerita.
(Girl Power…Yeah…)

“Manjali dan Cakrabirawa” terbagi dalam tiga bagian yaitu Rahasia, Misteri dan Teka-Teki. Ketika ada Rahasia, Yuda harus meninggalkan Marja, kekasihnya dalam rangka menjalankan misi yang harus dirahasiakan dari sahabatnya, Parang Jati. Saking dekatnya persahabatan kedua pemuda itu membuat Yuda tanpa syak wasangka menitipkan Jeep kesayangan dan kekasihnya pada Parang Jati.  Sepeninggal Yuda, parang Jati memulai petualangannya bersama Marja dan sahabatnya Arkeolog Perancis bernama Jacques Cherer.

Jika di buku pertama setting cerita di daerah Perbukitan Kapur – Watugunung, maka kali ini setting berpindah ke sebuah desa di kaki Gulung Lawu dimana ada sebuah candi yang diduga sebagai tempat bersemayamnya Calon Arang atau Calwanarang. Petualangan mereka bertiga kali ini juga berbau mistis karena seperti legenda-legenda lainnya yang berkembang di Indonesia umumnya berbumbu mistis, maka demikian pula halnya dengan legenda Calwanarang. Tetapi dari ketiga petulang itu hanya Marja saja yang merasakan aroma berbau mistis atau mungkin yang lain juga merasakan tetapi logikanya lebih kuat dari pada emosinya.

Suatu saat Suhubudi (ayah Parang Jati) mendapat informasi (gaib) bahwa di Desa Girah yang letaknya di kaki Gunung Lawu terpendam candi yang merupakan persemayaman terakhir dari Calwanarang.  Karena itulah ketiga petualang itu kemudian bergegas meluncur ke situs bersejarah tersebut untuk memastikan keotentikan  dan menyelamatkan warisan bersejarah itu.

Alkisah beratus-ratus tahun yang lalu dimasa pemerintahan Prabu Airlangga dari wangsa isyana, di desa Girah hiduplah seorang janda yang sakti mandraguna bernama Calwanarang. Calwanarang sebenarnya ratu kerajaan Bali yang diusir ke pulau Jawa karena disinyalir telah melakukan mempraktikkan ilmu hitam. Di Jawa Caleanarang hidup di sebuah padepokan bersama  putrinya yang cantik jelita bernama Ratna Manggali atau Ratna Majali. Calwanarang adalah ratu sihir yang sangat di takuti dan ia telah menyebarkan teluh ke hampir seluruh wilayah kerajaan. Prabu Airlangga sangat sedih karena berada dalam sebuah dilema, disatu sisi sebagi seorang raja dia harus bertanggungjawab terhadap keselamatan rakyatnya sedangkan disisi lain dia harus menghadapi ibunya sendiri. Akhirnya Prabu Airlangga meminta bantuan Mpu Bharada untuk meredam sepak terjang Calwanarang. Mpu Bharada mempunyai seorang putra yang tampan bernama Bahula. Prabu Airlangga meminta Bahula untuk meminang Ratna Manjali dengan harapan dia bisa mendapatkan rahasia kesaktian Calwanarang yang kemudian bisa dipergunakan untuk menghentikan sepak terjangnya.

Marja pantas saja merasa gelisah karena adanya kemiripan antara namanya dengan nama putri Calwanarang…Marja Manjali… apa lagi ia seringkali merasakan sensasi mistis ketiga berada di area penggalian situs bersejarah itu.

Penggalian situs bersejarah itu berlangsung agak tersendat-sendat karena ada beberapa kendala, tetapi Parang Jati dan Jacques sangat menikmatinya. Hanya Marja saja yang merasa salah tempat karena ia kurang percaya diri. Suatu hari di tengah-tengah kegiatan penggalian di situs bersejarah Marja mendapat menstruasi. Karena tidak ingin membebani Parang Jati, Marja memutuskan untuk pergi seorang diri ke pasar terdekat untuk membeli pembalut. Di tengah perjalan dia berjumpa dengan seorang ibu tua yang dipunggungnya sarat muatan kayu bakar. Marja menawarkan tumpangan kepada ibu itu karena tujuan mereka sama.

Berbagai kejadian di tempat penggalian situs dan ditambah lagi adanya pengaruh menstruasi membuat emosi Marja benar-benar labil. Dan kepada siapa lagi Marja menumpahkan sesaknya selain pada Parang Jati. Sejak awal cerita ini memang sudah menampilkan aura romantisme antara Marja dan Parang Jati, tetapi keduanya tak bisa jujur, keduanya tak bias melepaskan Yuda. Satu-satunya orang yang bisa melihat apa yang terjadi diantara mereka berdua adalah, Jacques.
Kekeke… Aku tergelitik dengan istilah “Pacar Resmi” dan “Pacar Tidak Resmi”
Dalam hal ini Yuda adalah pacar Resminya Marja sedangkan Parang Jati adalah pacar tak resminya. Bisa terlihat kalau parang Jati dan Marja saling menyukai…saling menginginkan…tapi keduanya harus meredam nafsunya karena tak ingin mengecewakan Yuda.  

Parang Jati kemudian membantu Marja untuk menemukan sosok ibu tua yang sudah menghantui pikirannya. Akhirnya ibu tua itu diketemukan dan setelah bicara secara personal dengan Parang Jati, lalu diketahui bahwa ibu itu bernama Murni dan dia ternyata adalah salah satu saksi hidup dari peristiwa berdarah G30S PKI. Sewaktu muda Murni adalah anggota Gerwani dan suaminya juga kebetulan salah satu anggota pasukan khusus Cakrabirawa. Setelah peristiwa G30SPKI mereka diburu oleh pihak militer pemerintah dengan tuduhan memiliki hubungan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Keadaan membuat Ibu Murni terpisah dengan suaminya padahal saat itu ia tengah mengandung buah perkawinan mereka. Ketika ibu Murni berada dalam penjara, ia mendapat  kabar kalau suaminya sudah tewas ditembak oleh TNI. Dan selepas dari penjara Ibu Murni berusaha untuk menemukan makam suaminya. Berdasarkan petunjuk ia kemudian datang ke hutan dekat Gunung Lawu tetapi makam suaminya tidak diketemukan. Karena merasa sudah tipis harapan Ibu Murni yang sebatang kara di tengah kondisi masyarakat yang tidak bisa mentolelir para eks-PKI membuatnya memutuskan untuk tinggal di hutan itu.

Sedangkan di tempat terpisah, Yuda (kekasih Marja) merahasiakan aktivitasnya yang sedang melatih para anggota militer memanjat tebing dari (sahabatnya) Parang Jati, yang amat membenci militer.  Kepada sahabatnya ia mengatakan akan pergi ke kampusnya di Bandung untuk keperluan kuliahnya, padahal saat  ini ia sedang berada di Gunung Burangrang bersama para anggota militer. Dalam latihan bersama itu ia berkenalan dengan sosok yang misterius bernama Musa Wanara yang menyimpan sejumlah benda-benda ganjil di dompetnya, yang paling menarik adalah  lencana militer yang bersulamkan: Tjakrabirawa.

Secara tidak sengaja Yuda menceritakan kegiatan kekasihnya kepada Musa Wanara. Ia juga menceritakan bahwa sahabat dan kekasihnya telah menemukan Arca Bhairawa Cakra di area Candi calwanarang. Musa Wanara yang memang sangat tertarik dengan ilmu-ilmu ghaib serta jimat-jimat langsung bergairah mendengarnya, apalagi ia yakin bahwa mantra sakti cakrabirawa yang dicari-carinya pasti tertulis pada arca itu. Musa Wanara meyakini mantra sakti cakrabirawa itu ada hubungannya dengan tanda lahir  seperti ular yang melingkar di lehernya. Dan Yuda tak berdaya dengan hasrat yang menggebu-gebu dari temen barunya itu. Mereka berdua kemudian juga merencanakan untuk mendatangi area penggalian itu dan  mencuri Arca Bhairawa Cakra.

Sekembalinya dari rumah ibu Murni, Parang Jati - Jacgues - Marja mendapat informasi dari Suhubudi bahwa Arca Bhairawa Cakra hilang dibawa lari orang. Malamnya, ketika ketiganya tengah beristirahat tiba-tiba Yuda datang. Kontan saja Marja dan Parang Jati kaget atas kehadiran Sandi Yuda yang tiba-tiba. Yuda datang meminta pertolongan karena temannya, Musa Wanara terperosok ke dalam lubang. Ia berusaha untuk mencari benda-benda bersejarah lain untuk dimilikinya. Dan dengan bantuan Parang Jati akhirnya Musa berhasil diselamatkan dan dibawa ke Rumah Sakit.

Dengan adanya kejadian itu mau tak mau akhirnya Yuda menceritakan yang sebenarnya kepada Parang Jati. Bahwa kepergiannya selama ini bukan untuk urusan kuliah tapi ia mengikuti latihan bersama anggota militer di Gunung Burangrang. Selain itu ia juga mengakui bahwa yang merampok Arca Bhairawa Cakra itu adalah dirinya dan Musa Wanara. Pengakuan Yuda itu membuat Parang Jati marah besar. Ia kecewa karena sahabatnya telah menghianati kepercayaanya. Saking jengkelnya Parang Jati “menggunakan”  Marja untuk menghukum Yuda.

Akhirnya konflik yang tidak disangka-sangka hadir pada bagian teka-teki. Musa Wanara, seorang perwiran TNI-AD yang selama ini sangat patuh terhadap Pancasila dan Negara ternyata beribukan seorang Murni, mantan aktifis Gerwani dan berayah Sarwengi, anggota pasukan cakrabirawa. Seperti kita ketahui bersama bahwa jika kita ada hubungan (darah) dengan para anggota PKI  maka kita akan menjalani hidup yang tidak mudah karena hak-hak kita sebagai warga Negara Indonesia juga akan terpenjara.

Bagaimana Musa Wanara menghadapi kenyataan ini?
Bagaimana perasaan Ibu Murni karena ternyata anaknya masih hidup?
Bagaimana kedua anak beranak itu menerima takdir itu?
Adalah tugas Yuda yang perlahan namun pasti harus diselesaikannya….

Sekuel kedua Bilangan Fu ini memang “tidak sedahsyat” buku pertamanya, tetapi menurut aku novel ini sangat menarik karena menyajikan informasi sejarah bagi pembacanya.  Sewaktu memasuki bagian Teka-Teki sebenarnya aku agak kecewa karena si penulis sepertinya kurang fokus. Sepertinya Ayu Utami lebih memilih untuk memecahkan Teka-Teki dan membiarkan Arca Bhairawa Cakra tetap menjadi misteri.
Hiks…padahal aku penasaran loh…tapi kalau Arca Bhairawa Cakra terus dibahas kemungkinan sekuel kedua ini akan sama tebalnya dengan sekuel pertama dan berarti juga harganya lebih mahal. Hiks…hiks..
(Mungkinkah Ayu Utami takut terjebak dalam sebuah petualangan detektif???....)
Tapi aku hampir selalu suka dengan gaya Ayu Utami dalam menulis… karena dia beda dan unik.

  • Kira-kira petualangan "seheboh" apa yang akan dilalui oleh Sandi Yuda - Marja Manjali - Parang Jati  pada kisah selanjutnya...
  • Lalu bagaimana akhir dari kisah cinta segitiga itu...
  • Semoga sekuel ketiga akan segera hadir...
  • Semoga Ayu Utami dapat menyajikan sekuel ketiga dengan menu yang lengkap dan mengenyangkan....

HOT  QUOTES dari novel ini

Bilangan Hu seperti titik poros
Bilangan Hu bukan titik ke-1, ke2, ke-3 …dst
(hal.15)

***

“Ada di dunia ini hal yang merupakan teka-teki, ada yang merupakan misteri.
Dan beda keduanya adalah ini: teka-teki adalah rahasia
 yang jawabannya tetap dan pasti.
 Tetapi misteri adalah rahasia
 yang jawabannya tak pernah kita tahu adakah ia tetap dan pasti.
 Sesuatu yang samar-samar, tapi kita tak akan pernah bisa memegangnya.
 Misteri menjelmakan suasana kepedihan dan harapan.
 Dan suasana itu, anehnya, indah”.
(Bilangan Fu, hal. 413)

***

“Iman, seperti cinta bekerja dengan ketidakterbatasan.
Tapi sains, seperti logika, bekerja dengan batasan-batasan”.
(hal.16)




~* Rienz *~

3 komentar:

rinjani & mahameru mengatakan...

ririnn....
refrensi lo tentang buku2 banyak banget sih...?????
jadi ngiri..
pasti pengetahuan lo dah seluas samudra deh...
semua enis bku lo lahap..
kalo gue masih milih2, hanya topik yang gue suka aja gue baca...

lo jadi isnspirasi gue, untuk lebih banyak membaca nih rin...

seperti yang gue bilang ke attah, dengan membaca kita menjadi lebih pintar....

rinjani & mahameru mengatakan...

ririrrriiinnn.....

lo tuh hobi banget sih baca, semua topik lo baca, gue aja masih milih2, biasanya sih yang ringan2 aja...

pastinya nih....
pengetahuan lo seluas samudra...
gue ngebayanin... lo tau isi dunia hanya dengan membaca

inspiring banget....

atik mengatakan...

Yans... ini namanya Killing Time... Kalo ilmu G seluas samudra... kepala G pasti gede banget... G pasti dah melanglang buana n gak terjebak di lantai 28 - jakarta n skitarnya.
Jangan terlalu cepat menilai... G berharap bs dapat manfaat dr smua tindakan G trus berharap juga selalu inget apa yang pernah G lakukan coz G ini orangnya hampir selalu pelupa...
plus kalo lo liat blog G ini penuh dgn kenarsisan...maklum butuh aktualisasi diri...kekekeke...