Selasa, 21 Desember 2010
The Reader
The Reader
Sutradara : Stephen Daldry
Pemain Utama : Kate Winslet, Ralph Fiennes, David Kross.
Skenario : David Hare (screenpaly) dan Bernhard Schlink
Akhirnya kesampaian juga niat ini untuk menonton film The Reader. Agak terlambat memang tapi tak apalah yang penting rasa penasaranku bisa lenyap. Bukan hanya karena magnet Kate Winslet dan Ralph Fiennes saja tetapi juga karena tema dan settingnya yang bagus membuat aku memilih film ini sebagai teman akhir pekan. Lewat permainan watak dari Kate Winslet yang mempesona tidak heran jika film ini berhasil meraih Piala Oscar untuk kategori Pemeran Wanita Terbaik. Di film ini aku sedikit kecewa dengan aktingnya Ralph Fiennes yang datar saja tapi mungkin karena itu pengaruh dari perannya juga kali yah…
Film ini merupakan adaptasi dari novel Jerman karya Benhard Schlink berjudul Der Vorlesser atau The Reader yang terbit tahun 1995. Novel ini menceritakan sekelumit kisah hidup Hanna Schmidt yang indah, silent juga mengharukan. Jujur Aku belum baca novelnya bahkan aku juga baru tahu ada novelnya sewaktu membaca resensi filmnya.
Hhmm… payah…
Ralph Fiennes yang berperan sebagai Michael Berg dewasa mengisahkan kembali kisah asmaranya di musin panas ketika ia masih remaja. Film ini bersetting di Berlin - Jerman, pasca PD II tahun 1958. Saat itu seorang remaja berusia 15 tahun bernama Michael yang diperankan oleh David Kross sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya sehabis bersekolah. Michael berjalan agak limbung karena terserang demam. Lalu datang Hanna Scmith seorang wanita dewasa berusia menjelang 40 tahun yang bekerja sebagai kondektur term dan menolongnya. Oleh dokter Michael divonis menderita penyakit jangkering ( scarlet fever ) dan selama tiga bulan dia harus diasingkan supaya penyakitnya tidak menular pada yang lain.
Setelah tiga bulan Michael menemui Hanna diapartemennya dengan membawa buket bunga. Alih-alih memberikan tanda terima kasih, Michael malah secara tidak sengaja melihat ketelanjangan Hanna. Sebagai laki-laki yang baru saja beranjak dewasa tentu saja hormon Michael bergarak liar menanggapi tubuh perempuan telanjang di depannya. Ia sangat terpesona dengan Hanna. Dari sini kemudian hubungan mereka berubah dari teman menjadi hubungan sepasang kekasih. Tidak ada yang salah memang jika laki-laki dan wanita saling jatuh cinta. Tetapi bila usia keduanya terpaut jauh bisa jadi pergunjingan hebat di masyarakat karena standart moral yang ada di masyarakat saat itu bahkan hingga saat ini belum bisa ( tidak akan bisa ) toleran dengan keadaan mereka. Meskipun cantik Hanna memang lebih cocok menjadi ibu atau bibi ( tante ) - nya Michael ketimbang sebagai kekasih. Lucunya Hanna memanggil kekasihnya itu dengan sebutan “ Nak “ . Jadi istilah gaulnya kalau di Indonesia film ini adalah kisah cinta seorang “ tante “ dengan “ berondong “.
Hubungan percintaan Hanna dan Michael di musim panas itu semakin seru dan mendalam. Untung saja aku menikmati film ini sendirian ( nggak kebayang deh malunya aku kalau nonton bareng temen-temen bisa habis aku “ diceng-in ” ) jadi tidak ada yang memergoki gimana rona dan tampang “ aneh “ ku terpasang saat itu. Gaya berpacaran mereka berdua selalu dibumbui hubungan badan. Mungkin karena banyak adegan “ syur-nya “ banyak adegan dalam film ini yang dipotong oleh BSF. Tetapi BSF mungkin bingung juga kali yah untuk men-sensornya karena adegan itu memang dibutuhkan untuk mendapatkan “ jiwa “ dari filmnya itu sendiri. Jadi meski sudah di-edit tetap saja ada adegan syur yang lolos dan bikin aku deg-degan bahkan bersemu-semu dan cekikikan sendiri .
Suatu hari, ketika sedang rehat bercinta Hanna menanyakan perkembangan sekolah Michael. Dari situ kemudian Hanna sering meminta Michael untuk dibacakan sebuah buku bahkan ketika mereka sedang bercinta. Michael dengan senang hati melakukan untuk kekasihnya. Dia membacakan berbagai jenis buku untuk Hanna mulai dari novel sastra seperti The Odysses, Huckleberry Finn hingga komik Tintin. Agaknya Michael membawa pencerahan kepada Hanna karena ia semakin senang dengan buku-buku. Dari sekian banyak buku yang dibacakan oleh Michael ada satu buku yang rupanya memberi kesan yang sangat mendalam bagi Hanna, yaitu The Lady With The Dog karya Anton Chekov. Dan novel ini pula yang kemudian menjadi penerang hidup Hanna meski sudah sangat terlambat.
Hubungan terlarang itu berlangsung singkat, hanya sekitar tiga bulan saja karena secara tiba-tiba Hanna meninggalkan Berlin dan Michael tanpa alasan. Hanna sepertinya tidak bahagia ketika mendapat promosi jabatan dari tempatnya bekerja. Ada ketakutan yang selalu menghantuinya dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kota lain dan mencari pekerjaan. Michael yang sangat mencintai Hanna tentu saja merasa patah hati dan kepergian Hanna sepertinya meninggalkan luka yang sangat mendalam dihatinya. Michael sangat sedih karena di campakkan oleh Hanna tanpa ada penjelasan. Dan kepedihan hatinya itu sepertinya terbawa sampai dia dewasa dan mempengaruhi perkawinan dan keluarganya.
Delapan tahun kemudian ( 1966 ) ketika Michael menjadi mahasiswa di Heidelberg Law School ia berjumpa lagi dengan Hanna dalam kondisi dan situasi yang berbeda. Hanna menjadi satu dari enam terdakwa dalam kasus pembunuhan di Kamp Konsentrasi Auschwitz semasa pemerintahan diktator Hitler. Michael tidak menyangka sekali akan bertemu dengan mantan kekasihnya dengan cara seperti ini apalagi di pengadilan itu Hanna menjadi terdakwa utama dan terancam hukuman paling berat. Ternyata delapan tahun lalu Hanna pergi dari Berlin dan kemudian bekerja sebagai anggota SS ( Schutzstaffel ) yang ditugaskan di Kamp Konsentrasi Yahudi di Auschwtz. Kenyataan itu tentu saja sangat mengguncang jiwa Michael. Dari kasus yang dibuka di ruangan pengadilan itu akhirnya kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya ditutup-tutupi dan ditakuti oleh Hanna selama ini. Ternyata dibalik penampilannya yang dingin dan keras ternyata jiwanya sangat rapuh. Michael sebenarnya mengetahui kelemahan Hanna dan ia sebenarnya bisa meringankan hukuman wanita yang dicintainya, tetapi hal itu tentu saja tidak mungkin dilakukannya. Dia tidak siap membuka aibnya sendiri. Dan ketidak berdayaannya itulah yang sepertinya kemudian menghantui dan membebani hidupnya.
Film ini benar-benar keren banget. Empat jempol deh buat akting Kate Winslet yang sangat mengagumkan. Totalitasnya menjadi seorang Hanna sangat mengagumkan. Make-up nya juga bagus banget jadi perwatakan dari Hanna di awal 40 tahun sampai umur sekitar 60 tahun-an tereksplor sangat bagus. Akting David Kross sepertinya juga oke dan dia mampu mengimbangi akting Kate Winslet. Film ini juga menyajikan gambar-gambar yang bagus dan mampu menghadirkan wajah Berlin dan pedesaan “ tempoe doeloe “ .Buat yang kurang suka dengan film drama mungkin akan terasa membosankan apalagi ketika bagian sidang peradilan telah hadir karena banyak dialog disana, padahal The Reader film yang bagus banget untuk dianalisa karena zaman sekarang kisah percintaan yang “ luar biasa “ seperti ini hampir dapat dipastikan dapat terulang.
Rienz
Diposting oleh
atik
di
3:11:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Cerita Film
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar