Rabu, 01 Desember 2010

Seorang Wanita Mencari Segalanya di Italia, India dan Indonesia


EAT  PRAY  LOVE 
( MAKAN  DOA  CINTA  )

Penulis           :  Elizabeth  Gilbert
Penerjemah   :  Silamurti  Nugroho
Penerbit         :  Abdi  Thandur
Cetakan          :  I,  2010
Tebal              :  372 Halaman

Beberapa bulan lalu ( entah kapan tepatnya, aku sendiri sudah agak lupa ) berbagai media lokal di Indonesia “ heboh “ memberitakan tentang kehadiran seorang Julia Robert di Bali. Sang superstar memang sedang terlibat dalam proyek pembuatan film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul “ Eat Pray Love “ karya Elizabeth Gilbert. Awalnya aku tidak terlalu ingin menjadi bagian dari kehebohan itu tetapi keingintahuanku ini kemudian membuatku akhirnya secara sukarela “ nyemplung “ di kolam itu.

Dari sebuah kisah di layar 21 cineplex
Kutemukan kebenaran dalam lembar kisahmu…

Novel ini hadir berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya, Elizabeth Gilbert saat berusia 32 tahun pasca perceraian dengan suaminya. Saat itu kehidupan  Elizabeth bisa dibilang  hampir sempurna, ia memiliki semua yang diinginkan oleh wanita modern; kaya, terpelajar, karir yang cemerlang, ambisi yang hampir selalu dapat digenggam, suami yang baik dan setia,  serta teman-teman yang menyayanginya.  Tetapi Elizabeth tidak merasa bahagia dengan semua yang dimilikinya. Ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Ia merasa jiwanya kosong, sedih, panik dan selalu berada dalam kebimbangan tetapi ia sendiri tidak tahu apa yang meresahkannya itu. Apa yang dirasakan oleh  Elizabeth membuat kehidupan rumah tangganya berujung dengan perceraian karena ia merasa sudah tidak bisa sejalan lagi dengan suaminya.

Kemudian datanglah David, seorang aktor panggung drama yang mengisi kekosongan hati Elizabeth. Tetapi lagi-lagi hubungan itu gagal. Elizabeth masih merasa tertekan dan tidak bahagia. Perasaan kosong, gagal, kecewa, takut dan panic membuat Elizabeth kehilangan pegangan hidup dan arah hidupnya.

Untuk memulihkan hidupnya kembali Elizabeth kemudian mengambil langkah radikal. Langkah pertamanya adalah meninggalkan semua yang dimilikinya di New York lalu  melakukan perjalanan seorang diri ke tiga negara, yakni ; Italia, India dan Indonesia untuk menggali dan mendapatkan pengalaman spiritual juga cinta yang baru.
Langkah pertama untuk pencarian jati dirinya dimulai dari Italia. Di Italia Elizabeth benar-benar memanjakan dirinya dengan kesenangan. Hidupnya benar-benar santai meski “ masa lalunya yang buruk “ kerap kali mengunjunginya. Seperti umumnya seorang wisatawan Elizabeth melancong ke berbagai tempat-tempat indah di Italia dan sekitarnya. Dengan bantuan Giovanni beserta teman-teman juga keluargannya Elizabeth juga menghabiskan waktunya dengan mempelajari bahasa juga kebiasaan orang-orang Italia.   Aku suka sekali ketika Elizabeth bercerita tentang Italia: orang-orangnya, cowok-cowoknya, makanannya, budayanya juga bahasanya. Tidak berlebihan jika salah seorang teman Elizabeth, Giulio menggambarkan Italia secara singkat hanya dengan dua kata yaitu; Fresh dan Sexy. ( kekekeke…. )

Attraversiamo… artinya mari menyeberang

Adalah kata favorit Elizabeth dalam bahasa Italia ketika ia tinggal disana selama empat bulan.  

Om Namah Shivaya…
Saya menghormati keIlahihan yang tinggal dalam diri saya…


Dari Italia Elizabeth Gilbert melanjutkan eksplorasi spiritualnya ke India. Selama empat bulan penuh ia belajar seni berdevosi dengan penuh disiplin di Ashram. Berdasarkan keterangan dari Wikipedia, Ashram merupakan tempat dimana orang suci melakukan tapa brata, hidup dalam damai dan bahagia dia tengah-tengah alam. Tempat untuk melatih dan menempa kehidupan lahir dan bathin, juga merupakan tempat melaksanakan “ Yadnya “ ( Yadnya menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari ) . Ashram juga merupakan tempat tinggal bagi para siswa yang sedang menuntut ilmu. Kata “ ashram “ berakar dari bahasa Sansekerta yaitu "aashraya", yang berarti perlindungan. Dalam bahasa Indonesia, kata Ashram berubah menjadi Asrama.

Selain meditasi, kegiatan rutin di Ashram setiap pagi adalah menyanyikan lagu pujian Gurugita. Gurugita adalah lagu pujian agama hindu yang terdiri dari 182 baris sajak yang ditulis oleh seorang bijak bernama Vyasa. Ritual menyanyikan bait-bait Gurugita ini dipopulerkan oleh Swamiji, seorang Hatha Yogi. Mungkin ritual Gurugita ini seperti berdzikir jika dalam agama islam, yang dimaksudkan untuk mengikis noda-noda serta kerak dihati agar kalbu, jiwa dan pikiran kita menjadi bersih.

Ketika di Ashram Elizabeth mempunyai lima orang teman dekat yaitu ; tukang ledeng / penyair dari Selandia Baru, Richard dari Texas, Dairy Farmer dari Irlandia, Tulsi seorang remaja tomboy dari India dan Vivian matan biarawati di Afrika Selatan. Elizabeth sering bertukar pikiran dengan mereka apalagi ketika ia merasa proses berdivosinya serasa “ berjalan tempat “.  Berkat bantuan Richard pula perlahan-lahan Elizabeth akhirnya menemukan dan memahami akar masalah yang sedang dihadapinya yaitu “ Masalah Pengendalian “ karena tak ada yang lebih menjengkelkan jika hidup tidak berjalan sesuai dengan rencana yang kita inginkan. Dan juga berkat bantuan tukang ledeng / penyair dari Selandia Baru akhirnya Elizabeth sedikit-demi sedikit bisa membebaskan dirinya dari masalah yang selama ini  menghimpit bathinnya.

Sama seperti waktu Italia, Elizabeth juga menemukan kata yang tepat untuk dirinya dalam bahasa sansekerta yaitu ;

“ Antevasin “ yang berarti orang yang hidup di perbatasan.

Setelah India, Elizabeth melanjutkan perjalanan spiritualnya ke salah satu pulau di Indonesia, yaitu Bali. Sebenarnya ini kunjungan kali kedua Elizabeth di Bali. Sewaktu mengalami masa-masa sulit Elizabeth pernah mengunjungi Bali sesuai kapasitasnya sebagai penulis dalam rangka penulisan sebuah artikel. Dalam kunjungan yang singkat itu dia dipertemukan oleh Ketut Liyer seorang Dukun generasi Sembilan yang sangat terkenal di Bali. Ketut Liyer meramalkan “ membaca “ sosok Elizabath dan meramalkan apa yang akan terjadi pada dirinya dimasa mendatang.

Ketut Liyer bersuka cita dengan kedatangan Elizabeth kali ini karena aura Elizabeth sekarang telah berubah menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan waktu pertama kali mengenalnya. Ketut Liyer mengajarkan seni meditasi ala Bali untuk menambah ilmu meditasi yang telah dipelajari Elizabeth sebelumnya di India.

Suatu hari ketika sedang mengayuh sepeda denga riang Elizabeth ditabrak bus hingga terlempar ke selokan. Akibat insiden tersebut Elizabeth terluka dan yang paling parah luka pada lututnya. Mengetahui hal ini Ketut Liyer menyarankan Elizabeth untuk mendatangi kediaman Wayan Nuriyasih seorang penyembuh yang tinggal di Ubud. Profesi Wayan sama dengan Ketut, sama-sama penyembuh. Bedanya kalau Ketut sudah tua dan dia mempunyai aura mistis yang kuat sedangkan Wayan masih muda dan kemampuannya untuk menyembuhkan didapat secara turun temurun dari nenek moyangnya dengan meramu berbagai tanaman obat-obatan tradisional.

Wayan adalah seorang single parent yang mempunyai seorang putri tunggal bernama Tutti dan dua orang anak angkat bernama Ketut Besar dan ketut Kecil.  Wayan menjanda karena dia meninggalkan perkawinannya, dia tidak tahan dengan perlakuan kasar suaminya yang sering memukulinya. Elizabeth belajar banyak dari sosok Wayan tentang arti kasih sayang yang hakiki. Bagaimana seorang orangtua tunggal Bali yang menghadapi pengusiran menemukan kasih dalam hatinya dan mengambil anak yang tidak mempunyai rumah lalu memberikan mereka sebuah keluarga. Hati Elizabeth tergerak untuk membantunya.

Dalam waktu singkat Elizabeth dan Wayan telah berteman. Dan ditempat Wayan ini Elizabet berkenalan dengan seorang wanita Brazil bernama Armenia. Armenia inilah yang kemudian membawa Elizabeth pada Felipe seorang duda dari Brazil. Meskipun perkenalan mereka terbilang singkat tetapi ada chemistry diantara keduanya. Keduanya saling jatuh cinta. Dan seperti kisah-kisah dalam dongeng akhirnya mereka menemukan kebahagian setelah melalui berbagai rintangan.


Bali … LOVE …


Hmmm….kisah yang indah… menyenangkan dan romantis…

***

Hampir sama seperti novelnya,  “ EAT PRAY LOVE “  versi layar lebar juga sangat menarik untuk dinikmati. Film cantik ini di sutradarai oleh Ryan Murphy. Diceritakan bahwa Elizabeth Gilbert atau Liz ( Julia Robert )s adalah seorang penulis yang mempunyai karir cemerlang. Kehidupan social dan rumah tangganya pun baik, tidak ada masalah. Tetapi dalam kesempurnaan hidup itu justru Liz mengalami “  kekosongan dan kegelisahan “, Liz menyadari ketidak seimbangan jiwanya tetapi ia tak tahu apa penyebabnya dan bagaimana solusinya. Liz merasa depresi dengan hidupnya.
Puncak dari semua itu adalah Liz menceraikan suaminya, Stephen (Billy Crudup). Perceraian tidaklah membuat Liz menutup hatinya karena Liz kemudian menjalin hubungan dengan seorang aktor panggung bernama David (James Franco). Sayang, percintaannya lagi-lagi kandas di tengah jalan. Jika ada yang lupa siapa James Franco, coba lihat aksinya sebagai Hary Osborn di Spiderman Trilogy.



Untuk mencari tahu apa yang diinginkannya Liz berniat untuk melakukan perjalanan ( spiritual ).  Setelah menjual hampir semua hartanya, Liz melangkahkan kakinya di Italia. Dalam “ Eat Pray Love “, Italia adalah anonim dari makanan ( Eat ), mungkin karena disana banyak kesenangan yang sayang untuk dilewatkan. Aku suka sekali ketika Liz berada di Italia karena banyak hal yang menyenangkan di sana. Mulai dari makanannya, cowok-cowoknya, budayanya, bahasanya, situasi kotanya juga bangunan-bangunannya, hmmmm…. segar, sexy dan romantis.
Dan aku paling suka mandangin wajahnya Giovanni ( Luca Argentero ), ganteng dan seksi banget boo….
Aku suka…aku suka…kekekeke….



Setelah lumayan puas bersenang-senang di Italia, Liz melanjutkan perjalanannya menuju Ashram, India. Pemandangan India yang kumuh dengan penduduknya yang padat membuat Liz tambah bersemangat untuk bisa meraih pencerahan dari kekuatan doa ( meditasi ) yang telah diajarkan oleh Yogi-nya. Di Ashram Liz berkawan akrab dengan Richard dari Texas ( Richard Jenkins ). Dan dengan bantuan Richard perlahan-lahan Liz bisa berdamai dengan masa lalunya.

 
Sebelum bercerai Liz pernah datang ke Bali dalam rangka membuat artikel. Ketika di Bali Liz sempat mendatangi dan menjadi pasien dari dukun Bali bernama Ketut Liyer ( Hadi Subiyanto ). Ketut Liyer pernah meramalkan bahwa Liz suatu saat akan kembali ke Bali. Mungkin karena pengaruh Ketut Liyer atau memang dorongan bathin liz untuk dapat memulihkan kembali keseimbangan hidupnya, Ia kembali ke Bali. Kali ini dia tinggal sekitar empat bulan di sana.  

Ketika Liz mengalami cedera ia berkenalan dengan sosok Wayan ( Christine Hakim ), seorang tabib, pemilik toko obat  dan restoran di Ubud. Liz juga banyak belajar dari sosok Wayan, single parent dengan satu anak bernama Tutti. Panorama Bali yang indah beserta kehidupan masyarakatnya yang ditata dengan penuh filosofi keseimbangan sangat membantu Liz untuk mengembangkan aura positif dalam dirinya. Dan secara berangsu-angsur Liz berubah menjadi pribadi yang ceria, matang dan kuat.




Di Bali juga akhirnya Liz menemukan cintanya ( sesuai dengan ramalan Ketut Liyer ). Liz jatuh cinta pada seorang duda asal Brazil bernama Felipe ( Javier Bardem ). Karena itu Bali menjadi symbol dari Love dalam “ Eat Pray Love “.



Jadi buat temen-temen yang belum membaca perjalanan hidup Elizabeth Gilbert ataupun menonton filmnya, ceritaku ini mungkin bisa dijadikan sebagai referensi untuk mengisi waktu luang atau akhir pekan kalian. Karena kisahnya cukup inspiratif dan ada nilai-nilai kebaikan yang bisa di diambil untuk kemajuan diri kita.

~* Rienz *~

0 komentar: