Selasa, 14 Desember 2010
Trilogi Alif ( Buku 1 )
NEGERI 5 MENARA
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : II, Oktober 2009
Tebal : xiii + 420 Halaman
Pagi ini baru saja aku meng-khatamkan “ Negeri 5 Menara ( N5M ) “. Seharusnya sih semalam bisa aku selesaikan tapi karena lelah dan ngantuk menghadang mauku jadilah aku tertidur sambil menindih novel ini. Untung saja tidak rusak, hanya saja jadi banyak lipatan disana sini.
Pertama kali aku tahu novel ini dari milist sastra yang wara-wiri memuji isinya dan kualitas pengarangnya. Karena banyak comment bagus atas novel ini, akhirnya tak berapa lama salah satu novel N5M yang terpajang di salah satu stand buku ketika ada Books Fair berpindah ke “ Kotak Ajaibku “. “
Waduh…kenapa aku baru baca sekarang ini buku….ya…Hmmm…telat nih…“
N5M adalah sekual pertama dari sebuah trilogi. Ada sedikit cita rasa “ Laskar Pelangi “ di novel ini, tetapi harus diakui lezatnya N5M lebih “ nendang “ dari pada Laskar Pelangi. Sulit berhenti kalau sudah mecicipi lembar-lembar halamannya.
Hmmm… mantabs kenyangnya deh…
Awalnya kukira N5M adalah cerita fiksi di sebuah Negara islam yang berazazkan rukun islam yang 5 perkara itu.
Kekekeke…. Too fast and too simple ya….
Tetapi ternyata N5M berkisah tentang kronik kehidupan enam sahabat yang sedang bergelut dengan ilmu di Pondok Madani. Keenam sahabat itu; Alif Fikri, Raja, Dulmajid, Atang, Said dan Baso menamakan kelompok mereka sebagai Pasukan Sahibul Menara. Disebut Sohibul Menara karena tempat tongkrongan mereka di bawah menara yang ada di Pondok Madani. Sahibul Menara dan semua warga Pondok Madani berasal dari berbagai propinsi di Indonesia dan semua perbedaan yang melekat dari masing – masing individu melebur dalam kebaikan yang di syi’arkan di Pesantren Pondok Madani.
Penulisnya sendiri yang merupakan salah satu dari enam orang anggota Sahibul Menara bertindak sebagai narrator. Ia menceritakan sebagian kisah masa remajanya secara flash back. Seharusnya jika keenam sahabat itu lulus Pondok Madani semua mungkin judulnya “ Negeri 6 Menara “. Tetapi karena kondisi Baso sedang terbatas , ia mengundurkan diri dari Pondok Madani beberapa bulan sebelum ujian kelulusan.
Hmm… Saayang yah… jadi mengingatkan aku pada tokoh lintang dalam Laskar Pelangi. Tapi jangan berkecil hati karena semua berakhir indah bagi Baso.
Kalimat “ Man Jadda Wajada “ yang menjadi urat nadi novel ini menjadi mantra sakti bagi Sahibul Menara untuk mewujudkan cita-citanya. Lewat penyampaian yang mengalir dengan sangat apik, penulis ingin berbagi pengalamannya, bahwa cita-cita dan impian itu dapat diraih bila kita berusaha keras dan bersungguh-sungguh serta berdisiplin tinggi untuk memperjuangkannya. Tetapi usaha yang kita lakukan harus dibarengi dengan do’a untuk mendapatkan ridho dan berkah Allah SWT. Jangan pernah meremehkan atau lelah untuk berdo’a karena dalam do’a tersimpan kekuatan yang dapat menerangi dan meluruskan jalan pikiran serta jiwa kita dalam menggapai setiap tujuan.
“ Man Jadda Wajada,
Barang siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh
akan berhasil “
Menikmati M5N juga membuka wawasan pemikiran kita tentang kehidupan di pesantren. Dalam novel ini digambarkan keprihatinan Amak-nya Alif terhadap sekolah-sekolah yang berbasis agama dan lebih jauh lagi nasib umat islam di masa mendatang. Sekolah agama selalu menjadi “ second Alternatif “ dan murid-muridnya sering di-cap sebagai siswa kelas dua yang kepandaian, pengetahuan dan gengsinya di dibawah murid-murid sekolah umum. Padahal tidak selalu demikian, karena ada beberapa sekolah atau lembaga pendidikan lain berbasis agama yang berkualitas, seperti Al-Azhar atau Pesantren Gontor yang banyak mencetak pribadi-pribadi berintelektual tinggi yang berjiwa islami.
Stigma yang lebih parah melekat dalam tubuh pesantren. Masih banyak ( termasuk aku ) yang menganggap kalau sistem pendidikan pesantren bersifat tertutup dan konservatif karena tampilannya yang jauh dari formal. Memang baru beberapa pesantren yang mengeluarkan ijazah untuk para lulusannya tetapi melalui novel ini opiniku agak bergeser, karena banyak lulusan pesantren yang kuliah di universitas-universitas ternama baik di dalam dan di luarnegeri, bahkan ada yang menjadi pejabat, rektor atau orang yang disegani segala lapisan masyarakat, misalnya; (Alm.) Nurcholis Majid, Gus Dur, Emha Ainun Najib, Amin Rais atau guru ngajiku di Masjid Sunda Kelapa yaitu Prof. Dr Ali Mustafa Yaqub dan Prof Dr. Nasaruddin Umar dan masih banyak lagi cendekiawan islam lainnya. Dan dalam novel ini juga dijelaskan bahwa Pondok Madani adalah “ kawah candradimuka “ bukan hanya bagi orang-orang yang mengalami “ penurunan akhlak “ tapi juga bagi siapa saja yang ingin menggenggam dunia dan akhirat.
N5M adalah novel lintas agama karena meskipun nuansa spiritual islaminya sangat kental tetapi bisa dinikmati oleh berbagai umat beragama. Kebajikan-kebajikan yang dituangkan dalam novel ini bersifat umum. Dan aku yakin dalam agama apapun di dunia ini juga mengajarkan kebaikan yang sama meski dikemas dalam berbagai rupa. Aku senang membaca novel ini karena aku sedikit sedikit bisa belajar dan mengerti bahasa Arab. Oh ya, selain Man Jadda Wajada ada ungkapan dalam bahasa arab yang kena banget dihatiku saat ini, yaitu ;
Man Shabara Zhafira.
Barangsiapa yang bersabar akan beruntung.
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampong halaman
Tinggakan negerimu dan merantaulah ke neneri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
….
Juga Syair syahdu Abu Nawas yang meluluhkan kalbu :
Illahi lastu lilfirdausi ahla.
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunuubi,
Fainaka ghafirudz dzanbil ‘adzimi…
Dzunuubi mitslu a’daadir rimaali,
Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,
Wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali…
Illahi ‘abdukal ‘aashi ataaka,
Muqurran bi dzunuubi Wa qad di ’aaka
Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
Wain tadrud faman narju siwaaka….
Selain bernuansa islami, novel ini juga mempunyai aroma Minangkabau yang sangat kental senikmat rendangnya. Maklumlah karena sang penulis berasal dari Minang. Wadoww….sepertinya tambah lagi nih deretan orang-orang Sumatera Barat yang aku kagumi setelah Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Syahrir, Chairil Anwar...................... E.S Ito……….. hmmmfff…
Novel N5M ini inspiring banget, kaya warna dan rasa. Aku jadi tidak sabar untuk mengetahui bagaiman kisah Alif Fikri dan juga Sohibul Menara selanjutnya dalam menggenggam dunia….
~* Rienz *~
Diposting oleh
atik
di
2:55:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
A. Fuadi,
Cerita Alif,
Cerita Buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

3 komentar:
Hai Sakura21...salam kenal... Novelnya bang A. Fuad emang gak ngecewain... kalo blom bisa beli...minjem aja... kalo km dekat pasti aku pinjemin coz buku itu juga beredar di tempat teman-temanku...
iya nih..wajib bac ajuga....
tidak puas dg n resensinya...
hahahahaha
insyaAllah smga da wak tu luang
itu lbh baik.. moga2 enNa cpt bs mnikmati novelnya.
Posting Komentar