Senin, 23 Agustus 2010

KAZAK dan PENYERBUAN




Kazak dan Penyerbuan
Penulis : Leo Tolstoy
Penerjemah : Wawan Eko Yulianto
Penerbit : Jalasutra, Yogyakarta
Cetakan : I, Januari 2010
Tebal : xii + 373 halaman



Membaca Kazak dan Penyerbuan membuat aku jadi bertanya-tanya pada diri sendiri “ Jika Olenin berpendapat bahwa kebahagiaan hidupnya adalah jika dia bisa berkorban untuk orang lain, Hmmm… lalu hal apa yah… yang bisa membuatku bahagia, cukup bahagia atau sangat bahagia ??? “.

Bila hal ini ditanyakan kepada orang-orang disekeliling kita, pasti kita akan memperoleh jawaban yang bervariasi karena angan-angan, cita-cita, misi atau visi setiap orang dalam hidup ini juga berbeda-beda. Kebahagiaan itu tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan itu harus dicari dan diperjuangkan dan dirasakan agar kita bisa mendapatkan makna hakiki dari kebahagiaan itu sendiri. Tolak ukur kebahagian tidak bisa dinilai dari segi materi saja karena hal ini juga menyangkut rasa yang berhubungan dengan ketercukupan bathin akan sesuatu hal yang sifatnya positif dan menentramkan.

Kiranya “ kebahagiaaan “ inilah yang dicari oleh Olenin, Dmitri Andrei Olenin. Pada bagian pertama novel ini yang berjudul ” Kazak “ diceritakan tentang Olenin, seorang bangsawan Rusia yang merasa hampa ditengah segala kemewahan dan kemudahan yang dimilikinya. Segala kenikmatan hidup yang membuainya selama ini ternyata membuat hidupnya merasa pincang. Sebagai laki-laki ia merasa hidupnya kosong karena tidak mempunyai obsesi. Olenin selalu merasa gelisah dan ditengah kegelisahannya ia kemudian dengan mantab memutuskan untuk menanggalkan gelar kebangsawanan dan semua kemewahannya lalu bergabung menjadi serdadu dalam sebuah operasi militer di Kaukasus.

Keputusan Olenin untuk menjadi serdadu membuahkan kritikan dan cemo’ohan dari para kerabat dan teman-temannya sesama bangsawan. Menurut mereka tidak sepatutnya seorang bangsawan bekerja kasar dan bergaul dengan orang-orang Kazak yang tidak berpendidikan dan kasar. Tetapi tekad Olenin sudah bulat dan mantab, bersama Vanyusha ( orang kepercayaannya ) ia meninggalkan Moskow menuju wilayah operasi militer di Kaukasus dengan menggunakan kereta api. Bergabungnya Olenin dalam operasi militer di Kaukasus itu bukan hanya dimaksudkan untuk mencari jati dirinya semata tetapi juga untuk memuaskan egonya dan meningkatkan kualitas spiritualnya yang sangat menginginkan kebahagiaan yang hakiki.

Olenin, Vanyusha dan beberapa serdadu Rusia ditempatkan di desa orang-orang Kazak karena saat itu terjadi ketegangan antara pasukan penjaga perbatasan Kazak dengan orang-orang Abrek. Salah seorang anggota pasukan penjaga perbatasan Kazak yang bernama Lukasha menembak mati orang Abrek yang diduga ingin menyusup dan mengganggu kedamaian desa Kazak.

Di desa itu Olenin dan Vanyusha menumpang di rumah milik orang tua Maryanka. Pergaulannya di desa itu membuat Olenin menemukan gairah hidupnya lagi. Olenin bersahabat dengan Eroshka, mantan tentara perbatasan yang meskipun sudah lanjut usia tetapi semangat hidupnya masih membara. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, kadang kala mereka berburu, minum-minum atau hanya sekedar berbincang-bincang saja. Olenin juga berkawan dengan Lukasha prajurit penjaga perbatasan meskipun tidak seerat dengan Eroshka. Karena saat itu jiwa pengorbanannya sedang tumbuh Olenin menghadiahkan seekor kuda yang cukup mahal kepada Lukasha. Meskipun hadiah itu ditanggapi dengan rasa curiga tetapi Olenin tetap menunjukkan sikap bersahabat.

Di desa itulah Olenin mengenal Maryanka. Awalnya hubungan mereka sangat dingin meskipun tinggal bersebelahan. Tetapi karena Olenin lebih bersikap hati-hati dan sopan maka akhirnya keluarga Maryanka menerimanya. Jika di Moskow Olenin tidak mengalami kesulitan untuk bergaul dan mendapatkan gadis-gadis cantik yang diinginkannya tetapi berbeda dengan di Kazak. Olenin tidak berkutik menghadapi kecantikan Maryanka yang kukuh menghanyutkan. Kecantikan dan semua tindak tanduk Maryanka telah memikat hati Olenin padahal gadis itu oleh orang tuanya sudah ditunangkan dengan Lukasha. Tetapi mungkin memang tidak mudah menaklukkan gadis Kazak yang berkarakter seperti Maryanka karena Olenin memerlukan waktu yang cukup lama untuk memantapkan hatinya sebelum melangkah.

Tetapi keberuntungan belum berpihak kepada Olenin karena kemudian ada peristiwa yang menyebabkan hubungannya dengan Maryanka renggang dan tidak bisa di perbaiki lagi. Suatu hari terjadi baku tembak antara pasukan penjaga perbatasan Kazak dengan gerilyawan Chechnya dan dalam peristiwa itu Lukasha tertembak. Baku tembak itu merupakan aksi balas dendam atas tertembaknya gerilyawan checnya ( orang Abrek ) tempo hari. Sebenarnya kurang jelas juga apakah Lukasha bisa pulih lagi atau tidak meski sudah didatangkan seorang tabib. Tetapi besar kemungkinan ia tewas karena luka tembaknya sangat parah. Maryanka mencurigai Olenin sebagai penyebab tewasnya Lukasha. Ia tak mau bertemu dan mendengar penjelasan apapun dari Olenin, bahkan dengan kasar ia mengusirnya.

Olenin dan Vanyusha kemudian meninggalkan Kazak dengan membawa sebelah cintanya yang terluka. Meski kejujuran dan kebersahajaannya tidak membuahkan kebahagiaan tetapi Olenin mendapatkan kembali hidupnya. Untuk pertama kalinya Oleni merasakan bagaimana patah hati. Ia tidak kembali ke Moskow yang bergelimang kemewahan, Ia terus berjalan untuk menemukan kebahagiannya ( yang lain ).

Bagian kedua dari novel ini berjudul “ Penyerbuan “ yang berseting di wilayah perbatasan antara Rusia dan Cechnya yang selalui dipenuhi ketegangan dan pergolakan. Novel ini sepertinya refleksi dari hidup Leo Tolstoy karena menurut biography-nya ia pernah tercatat sebagai anggota resimen artileri di wilayah perbatasan Kausasus pada tahun 1851, jadi setiap adegan di medan perang diceritan dengan sangat detil seperti nyata.

Novel ini filosofis sekali dan kita bisa lebih menyelami lagi makna Kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagian itu kita yang menentukan, apabila kita mampu mensyukuri hidup ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga apabila kita mampu membaca makna dari berbagai peristiwa yang kita alami baik yang menyenangkan maupun yang tidak InsyaAllah kita bisa menggenggam kebahagiaan. Namun ada satu hal penting yang menjadi kunci utama dalam proses mencari dan mendapatkan kebahagiaan yaitu keikhlasan. Jika kita mampu meleburkan sikap dan jiwa keikhlasan pada setiap amal perbuatan kita maka InsyaAllah kita akan mendapatkan output yang memuaskan.



~* Rienz *~

0 komentar: